AMLAPURA, BALIPOST.com – Anggapan bahwa Karangasem hanya dapat ampas dari potensi wisata yang dimiliki saat ini, ditanggapi serius Kepala Dinas Pariwisata Karangasem, I Wayan Astika.
Menurutnya, untuk sedikit memaksa wisatawan bertahan lebih lama saat berkunjung atau menginap, Karangasem butuh lebih banyak event tetap setiap tahunnya. Event ini kemudian dikemas dalam paket-paket pariwisata, agar wisatawan bisa lebih lama tinggal di Karangasem.
Astika menegaskan, event tetap yang dimaksud harus menjadi kalender tahunan yang pasti terlaksana. Pihaknya mengaku sudah merancang hal itu. Tetapi yang menjadi kendala, adalah tidak adanya kepastian anggaran. Belum adanya kepastian anggaran ini, membuat pihaknya cukup sulit menetapkan agenda event-event besar yang bisa menarik lebih banyak kunjungan wisatawan. “Kalau event tetapnya didukung kepastian anggaran, kita tinggal kerjasamakan dengan travel agen yang ada. Syaratnya, event tetap ini harus sudah jadi kelender tahunan event kita. Sehingga, wisatawan tahu lebih awal, apa yang akan dilihatnya,” katanya, belum lama ini.
Setiap tahun, Karangasem memiliki beberapa event, seperti Karangasem Festival, dan beberapa event yang didukung anggaran pemerintah pusat, seperti Festival Taman Soekasada Ujung, Festival Jukung Race Tulamben dan Festival Pesona Tirtagangga. Namun, banyak kalangan menilai festival yang didanai pemerintah pusat ini perlu dievaluasi. Karena sasaran utamanya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, belum cukup berhasil. Eventnya juga terkesan dadakan.
Tahun ini, ada dua tambahan event besar lagi untuk menumbuhkan pariwisata Karangasem. Antara lain, Festival Subak yang digagas Dinas Pertanian Karangasem dan Karangasem Travel Mart, terselenggara berkat kerjasama PT Bali Raja Holiday dengan Dinas Pariwisata Karangasem. Pelaksanaannya bersamaan yang dibuka pada 14 September besok.
Astika menegaskan seandainya event-event ini pasti terlaksana setiap tahun dengan adanya kepastian anggaran, maka pihaknya yakin bisa memaksimalkannya untuk menarik lebih banyak kunjungan wisatawan ke Karangasem. Selain itu, butuh banyak dukungan pihak swasta lainnya untuk mendukung lebih banyak agenda menarik lainnya di Karangasem.
Seperti yang berlangsung di Kecamatan Rendang dengan terselenggaranya Nongan Festival. Ada juga event-event besar lain seperti atraksi budaya Mekare-kare atau Mageret Pandan di Tenganan Pagringsingan, Kecamatan Manggis. “Artinya dengan dukungan swasta yang cukup besar, kita buat satu agenda tetap dalam satu tahun. Kita rencanakan dengan matang kegiatan, sasaran dan targetnya. Maka kita akan mampu berbicara lebih banyak dalam persaingan pariwisata di Bali. Ini salah satu pemikiran saya ke depan,” tegasnya.
Sebelumnya, Ketua Badan Pengelola Taman Soekasada Ujung, Ida Made Alit saat hadir dalam koordinasi pengembangan destinasi pedesaaan dan perkotaan pemerintah pusat di Karangasem, belum lama ini, menyatakan Karangasem menuntut adanya keberpihakan terhadap gemerincing dolar dari pesatnya perkembangan pariwisata pada Bali. Sebab, meski kunjungan pariwisata Bali sangat tinggi, nyatanya Karangasem tak dapat apa-apa. Bahkan, dia tegas mengatakan bahwa Karangasem hanya dapat ampas dari geliat pariwisata Bali.
Menurutnya, sebagian besar objek maupun daya tarik wisata terkenal yang ada di Bali, ada di Karangasem, seperti Pura Agung Besakih, Tirtagangga, Taman Soekasada Ujung, Tulamben, Amed, Candidasa, Tenganan dan masih banyak lagi yang lainnya, ada di Karangasem.
Bahkan, kini sudah berkembang menjadi 57 objek dan daya tarik wisata. Dengan banyaknya pilihan objek, baik itu heritage, atraksi budaya, agrowisata dan lainnya, kunjungan wisatawan memang dirasakan meningkat ke Karangasem hingga lebih dari 550 ribu wisatawan per tahun.
Tetapi, selama ini menurut Ida Made Alit, wisatawan tidak pernah menginap di Karangasem. “Kalau ke Bali, wisatawan menginap di Badung, Denpasar, atau Gianyar. Berkunjungnya ke Karangasem. Yang punya potensi kami. Tapi yang dapat dolarnya mereka. Bagaimana seharusnya kami mengatasi situasi ini?,” kata Ida Made Alit. (bagiarta/balipost)