Nusa
I Nyoman Renin Suyasa. (BP/sos)
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) menargetkan seluruh masyarakat sudah terlayani akses air minum aman paling lambat 2019. Namun, khusus untuk di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, itu sangat sulit tercapai. Kendalanya tak hanya pada anggaran, namun juga keterbatasan sumber mata air.

Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Klungkung, Nyoman Renin Suyasa menjelaskan sampai saat ini, layanan air minum aman ke wilayah kepulauan itu baru menyasar 3.700 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 30 persen dari total 16.615 KK.

Baca juga:  Kemarau Panjang, Potensi Karhutla di Nusa Penida Diantisipasi

Pada 2019, Kementerian PU-PR menargetkan harus sudah terlayani seratus persen, beriringan dengan program nol persen permukiman kumuh dan seratus persen akses sanitasi layak atau yang dikenal dengan program 100-0-100. Namun, perusahaan plat merah ini masih merasa sulit untuk mencapai itu. Pemasangan target terhenti pada angka 60 persen. “Untuk mencapai target nasional masih sulit. Itu terkendala sumber air, anggaran dan kondisi geografis,” sebutnya saat ditemui disela-sela perayaan HUT PDAM ke-25, Selasa (12/9).

Pelayanan saat ini, sambung dia hanya menghandalkan air dari dua sumber, yakni Penida dan Guyangan yang debit totalnya 37 liter per detik. Pendistribusiannya ke permukiman masih menggunakan tenaga pompa yang beroperasi 18 jam. Guna mencapai target yang dipasang PDAM, diusulkan penambahan daya listrik, sehingga pompa bisa beroperasi 24 jam. “Sumber ini dikelola provinsi. Untuk bisa capai layanan 60 persen, kami usulkan penambahan daya listrik untuk mengoperasikan pompa lagi satu. Jadinya bisa seharian beroperasi,” sebutnya didampingi Kabag Teknik, Ketut Karnata.

Baca juga:  Klungkung Garap Potensi Selain Rumput Laut di Nusa Penida

Pada 2018, layanan juga direncanakan menyasar tiga desa yang kini belum tersentuh, yakni Pejukutan, Sekartaji dan Tanglad. Langkah tersebut dipandang tak hanya penting untuk mendukung kebutuhan masyarakat, namun juga sektor pariwisata yang mulai berkembang. “Pariwisata mulai berkembang. Ini memerlukan air. Layanan akan terus kami perluas. Kedepan juga penambahan jaringan distribusi uta,” ucap Suyasa.

Krisis air minum aman di Nusa Penida salah satunya kerap melanda Desa Pejukutan. Perbekel setempat, I Nyoman Yudiadnyanawan menjelaskan guna menyambung hidup, masyarakat harus mendapatkan air dengan membeli. Beberapa juga ada yang memanfaatkan air hujan yang tersimpan di cubang. “Krisis sudah jadi persoalan klasik,” tandasnya. (sosiawan/balipost)

Baca juga:  Unwar dan CBSUA Gelar "International Community Services Program and Guest Lecturer"
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *