AMLAPURA, BALIPOST.com – I Kadek Bayu Pradnyana, adalah siswa kelas IV di SDN 1 Karangasem yang pandai bercerita. Hal ini dibuktikannya dengan meraih juara I Tk Kabupaten Lomba Bercerita yang diselenggarakan oleh Departement Keagamaan Kabupaten Karangasem pada awal September 2017 lalu.
Siapa yang menduga, bakatnya ini memang telah terlihat sejak Ia duduk di bangku kelas V SD. Dibina oleh guru kelasnya I Kadek Darmasusila,SPd.SD, Bayu Pradnyana pun berhasil memboyong piala Provinsi dalam Lomba Seni Pantomim FL2SN 2017 dan mewakili Bali ke Manado. Seperti apa seni pantomim itu?
I Kadek Bayu Pradnyana merupakan anak ke 2 dari pasangan Kapolsek Tegallanglang Gianyar Nyoman Merta Kariana, S.H.,M.H., dan seorang bidan Ni Luh Tri Supriasih. Sang ayah mengatakan, Bayu adalah anak yang sangat aktif. Ia awalnya tidak menyangka bahwa Bayu mampu berprestasi di bidang seni pantomim, karena sebelumnya Bayu belum pernah mengikuti lomba seperti Pantomim dan Bercerita. “Bayu sempat menolak karena tidak punya pengalaman ikut lomba tersebut, tapi untung setelah diyakinkan Bayu jadi percaya diri dan ternyata hasilnya dia mampu jadi juara,” ungkap polisi yang pernah bertugas sebagai Kanit Reskrim Polsek Karangasem ini, saat tampil sebagai narasumber belum lama ini.
ayu sendiri mengaku, semenjak dibina oleh guru pantomimnya I Kadek Darmasusila, dirinya sangat tertarik. Setiap latihan tidak pernah dilewatinya. Ketika latihan, Bayu diajarkan memainkan beragam karakter. Dari karakter ketika sedang makan, minum, membersihkan halaman, dan lain sebagainya hanya dengan gerakan dan mimik tanpa dialog. “Pantomim itu, kita diajarkan melakukan gerakan tanpa dialog hanya dibantu music backsound yang mampu menghidupkan suasana dalam cerita yang dibawakan. Misalnya, suasana tegang, sedih, dan gembira,” jelas Bayu dengan antusias.
Kadek Darmasusila atau akrab disapa Kak Dedek membenarkan hal itu. Pantomim merupakan bagian dari pertunjukkan teater yang menjadi dasar dalam bermain peran. Seni peran yang unik dan mampu melatih pembentukkan karakter siswa khususnya tingkat sekolah dasar, dengan tema-tema yang disajikan secara sederhana.
Pada prinsipnya, pantomin hanya mengandalkan teknik gerakan dan ekspresi yang diperankan untuk mentransfer maksud serta amanat yang disampaikan oleh pemeran. Lucu, unik, dan menarik, menjadi unsur motivasi yang sangat digemari anak usia dini di sekolah dasar.
Disamping itu, anak-anak usia dini sekolah dasar akan lebih menyukai lagi karena menggunakan make-up putih-putih di bagian wajah serta pakaian warna salur hitam putih, yang menjadi khas dari seni pantomim. “Terkesan lucu dan mengundang perhatian kepada penonton, itulah pantomim,” terangnya.
Kak Dedek menambahkan, seperti yang Ia ketahui dari Septian Dwi Cahyo, tokoh Pantomim Indonesia yang Ia kenal saat mengantar Bayu berlomba ke tingkat nasional, selama ini pelajaran di sekolah lebih banyak mengandalkan metode hafalan. Sementara dari sisi psikologis, anak juga perlu diberikan stimulus seni dan imajinasi untuk mengembangkan fungsi otak kanan. “Anak-anak perlu juga diberikan asupan imajinasi untuk otak kanan. Dan, pantomim sangat baik sekali menjadi metode pengembangan otak kanan,” katanya.
Diakhir dialog, Ayah Bayu Wayan Merta berharap kepada pemerintah daerah untuk turut serta mendukung perkembang seni pantomim. Caranya dengan memberikan wadah menampilkan diri lebih banyak dalam event-event Agustusan, Ulang Tahun Kota dan sebagainya kepada seni Pantomin. “Dengan begitu anak-anak yang memiliki bakat seperti Bayu jadi lebih terpacu semangatnya, dan akan semakin banyak juga regenerasi, wadah sosialisasi serta edukasi yang lebih luas tentang Seni ini,” ucapnya. (bagiarta/balipost)