AMLAPURA, BALIPOST.com – Meningkatnya aktivitas Gunung Agung dari level normal menjadi waspada, membuat masyarakat Karangasem tambah waswas. Dalam catatan BPBD Karangasem, meningkatnya aktivitas Gunung Agung sudah terjadi berulang kali.
Sebagai langkah antsipasi, BPBD Karangasem sempat menyusun rencana kontijensi bersama dengan Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementrian ESDM. Dalam dokumen rencana kontijensi menghadapi erupsi Gunung Agung itu, ada tujuh desa yang disiapkan menjadi tempat pengungsian.
Dari dokumen yang diperoleh Jumat (15/9), menjelaskan kawasan rawan bencana terkait erupsi Gunung Agung, terbagi dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) I dan KRB II. Ini diasumsikan berkaca dari peristiwa erupsi Gunung Agung tahun 1963 lalu. KRB I ini wilayah yang berpotensi terlanda awan panas, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat dan aliran larva.
Khusus di dalam kawah, ancaman juga terjadi berupa gas beracun. Untuk bahaya yang bersifat aliran, KRB II mencangkup seluruh lereng utara sampai ke laut, lereng selatan dan tenggara hingga berjarak kurang lebih 14 kilometer dari puncak.
Sedangkan, bahaya lontaran batu (pijar) terbatas pada radius 6 kilometer dari kawah pada sekeliling lerengnya. Luas seluruh KRB II mencapai kurang lebih 215 kilometer persegi. Jumlah penduduk yang bermukim di dalam KRB II mencapai 35.886 jiwa.
Sedangkan KRB I, derajat kerawanannya lebih rendah dari KRB II. Kawasan ini berpotensi terlanda aliran lahar hujan, banjir dan hujan abu lebat. Kemungkinan terjadi perluasan aliran awan panas dan lontaran batu, jika letusannya semakin besar.
Pada KRB I, alirannya diperkirakan mengalir ke beberapa sungai, seperti Tukad Daya di kaki sebelah utara dan Tukad Batang di sebelah timur. Di kaki tenggara, aliran lahar mengancam Kota Amlapura.
Sementara, wilayah dataran Karangasem lainnya, juga terancam melalui aliran ke Tukad Rilah, Tukad Lajang, Tukad Luah, Tukad Pangandingah, Tukad Krekuk, Tukad Bangka, Tukad Timbul, Tukad Bedih, Tukad Buhu dan Tukad Jangga. Sedangkan aliran lahar ke selatan, akan melalui Tukad Telaga Waja dan Tukad Unda yang berpotensi mengancam hingga Kota Semarapura, Klungkung.
Di sisi lain, kawasan rawan bencana hujan abu lebat dan lontaran batu, mempunyai radius 10 kilometer dari kawah tanpa memperhitungkan arah angin. Kawasan ini meliputi areal seluas 185 kilometer persegi dengan jumlah penduduk yang bermukim di kawasan itu sebanyak 77.815 jiwa.
Dalam skenario dampak erupsi Gunung Agung yang masuk KRB I dan KRB II, terhadap 16 desa di lima kecamatan yang terancam erupsi Gunung Agung. Wilayah ini paling terdampak bila terjadi erupsi, berkaca dari peristiwa erupsi terakhir tahun 1963 lalu.
Antara lain di Kecamatan Kubu: Desa Ban, Dukuh, Tulamben, Kubu, Baturinggit dan Sukadana. Kecamatan Selat: Desa Peringsari,Selat, Sebudi dan Amerta Bhuana. Kecamatan Bebandem: Desa Bhuana Giri dan Jungutan. Kecamatan Rendang: Desa Menanga dan Besakih serta di Kecamatan Abang di Desa Ababi.
Bila erupsi benar-benar terjadi, dalam rencana kontijensi ini juga ditetapkan tujuh desa sebagai tempat mengungsi. Seluruhnya ada di wilayah Karangasem. Antara lain, di Kecamatan Abang pada Desa Labasari, Culik dan Tista.
Kecamatan Kubu di Desa Ban, Kecamatan Selat di Desa Duda Timur dan Kecamatan Rendang pada Desa Pempatan dan Desa Rendang. “Rencana kontijensi tahun 2013 ini kami susun berdasarkan peta 1996. Sekarang sudah keluar lagi peta baru. Dengan peta baru ini, kami akan susun rencana kontijensi yang baru,” kata Wayan Wisma, Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Karangasem, Jumat (15/9).
Kondisi terakhir yang diperoleh dari Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Jumat kemarin, status aktivitas Gunung Agung masih berada pada level II atau waspada. Dari data seismik, terlihat terjadi tujuh kali gempa, yakni 5 kali vulkanik dalam (Amplitudo 2-10 mm S-P 1-1,5 detik, durasi 7-24 detik) dan dua kali vulkanik dangkal (Amplitudo 7-10 mm, durasi 15-34 detik).
Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa, saat rapat koordinasi Forkopinda dengan OPD terkait, di Wantilan Pemkab Karangasem, Jumat, meminta warga Karangasem tetap tenang. Pada lereng Gunung Agung sudah ada empat alat, yang dipantau dari Pos Pemantauan di Desa Rendang. Termasuk di Bukit Berina.
Dia mengajak masyarakat memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, agar tidak terjadi bencana. Dia juga sependapat langkah-langkah simulasi perlu ditingkatkan. “Jangan juga waspada berlebihan, sampai lupa berdoa. Doa kita tidak boleh hilang. Lakukan simulasi biasa, tetapi intensitasnya harus ditambah, agar masyarakat lebih waspada dan petugas kita penanganannya nanti lebih siap,” kata Artha Dipa. (Bagiarta/balipost)