Lahan pertanian di Bangli. (BP/dok)
BANGLI, BALIPOST.com – Pemerintah pusat sempat berencana akan memberikan bantuan cold storage untuk Kabupaten Bangli. Namun rencana pemberian bantuan itu batal terwujud lantaran petani di Bangli tidak siap untuk mengelolanya. Hal itu diungkapkan Kabid Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli I Wayan Tagel Sujana.

Dijelaskan Tagel, cold storage adalah sebuah bangunan/ruangan khusus yang dirancang dengan suhu tertentu untuk menyimpan dan mempertahankan kesegaran berbagai macam produk pertanian seperti sayur, cabai, tomat dan lainnya. Bantuan tersebut rencananya diberikan pemerintah pusat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) beberapa tahun lalu. “Tahun pastinya saya lupa,” ujarnya.

Baca juga:  Kasus Pemukulan dan Perampasan Villa, Diduga Petinggi Salah Satu Ormas di Tabanan Diamankan 

Tagel mengatakan, bantuan itu pada akhirnya batal diberikan oleh pemerintah pusat ke daerah lantaran petani di Bangli tidak siap untuk mengelolanya. Sebab selain membutuhkan lahan dengan luas memadai untuk pembangunannya, cold storage juga membutuhkan daya listrik yang besar untuk mengoperasionalkannya. “Karena itulah bantuan itu akhirnya tidak jadi diberikan. Yang namanya bantuan kalau kita nerima tanpa dimanfaatkan kan jadi temuan,” terangnya.

Baca juga:  Gubernur Koster Ingin Pembangunan Selaras antara Sekala dan Niskala

Mengingat besarnya potensi pertanian yang dimiliki Bangli khusnya holtikultura, menurut Tagel keberadaan cold storage sebenarnya sangat dibutuhkan. Terutama saat harga komoditi pertanian sedang anjlok. Dengan keberadaan cold storage, hasil pertanian yang tidak bisa dijual dengan harga standar bisa disimpan untuk sementara waktu dan dipasarkan kembali saat harga sudah membaik. “Tapi sejauh ini petani sepertinya belum menginginkan itu,” ujarnya.

Tagel menambahkan kalau pun nantinya Bangli bisa memiliki cold storage, akan lebih baik jika bisa dikelola perusda. Sebab jika mengandalkan petani yang mengelolanya diyakini belum mampu. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Serapan APBD di Badung Baru 64 Persen, Giri Prasta Ungkap Alasannya
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *