nelayan
Sat Polair Polres Karangasem saat melakukan pencarian korban di tengah laut. (BP/gik)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Sudah sepekan Made Witya (44), nelayan asal Banjar Tukad Item, Desa Seraya Timur, menghilang. Pencarian terus dilakukan pihak terkait, menyusuri wilayah perairan yang diduga tempat awal hilangnya nelayan ini. Tetapi, hingga Minggu (17/9), nelayan tiga anak dan satu cucu ini belum juga ditemukan.

Sejak menghilang pada Senin (11/9) lalu, upaya pencarian terus dilakukan Tim SAR Gabungan terdiri dari personil Pos SAR Karangasem, Polair dan Badan Penanggulangan Bencana Darah (BPBD). Mereka diterjunkan di sepanjang perairan Selat Lombok hingga perairan Padangbai, untuk menemukan nelayan ini. Tetapi hasilnya masih nihil. Pencarian terakhir dilakukan petugas kepolisian dari Sat Polair Polres Karangasem, Sabtu (16/9) lalu.

Baca juga:  Amankan Kunjungan Presiden ke Jembrana, Ribuan Personel Disiagakan

Kasat Polair AKP I Made Wartama, mengatakan menggunakan kapal patroli type C2  XI  2014 Tanjung Muntik dengan dilengkapi senpi jenis V2 beserta amunisi.

Pencarian oleh Sat Polair dilakukan dari perairan Padangbai, menuju Perairan Manggis, Candidasa, Bugbug hingga Pasir Putih. Patroli dilanjutkan menuju perairan Jasri, Ujung Pesisi dan menuju Perairan Seraya. Tetapi, nelayan ini belum juga ditemukan. “Kami selalu mendekati jukung dan masyarakat nelayan lainnya, kalau menemukan korban agar segera menyampaikannya kepada Tim SAR Gabungan (Pos SAR Karangasem, Sat Polair dan BPBD Karangasem),” kata Wartama, saat ditemui Minggu (17/9).

Kejadian nelayan hilang itu diketahui bermula ketika seorang nelayan bernama Akim (40) menemukan jukung korban terombang-ambing di peraian dekat Lombok, sekitar pukul 07.00 wita. Kerena tak ada awaknya, nelayan asal Ujung Pesisi, Desa Tumbu itu kemudian menarik jukung korban ke Pantai Ujung. Sesampainya di Pantau Ujung sekitar pukul 10.45, Akim menginformasikan temuannya itu kepada I Made Gunara (35), warga Seraya Timur yang kebetulan akan ke Kota Amlapura. Informasi itu selanjutnya diteruskan ke keluarga korban, aparat desa dan ke BPBD Karangasem.

Baca juga:  Nelayan Pertanyakan Program Asuransi Yang Tak Kunjung Keluar

Salah seorang rekan korban, I Gede Sukarata (42), mengatakan, jukung korban ditemukan dalam kondisi biduk masih terbuka. Korban pergi melaut Minggu (10/9) sore pukul 19.00. Dia berangkat dengan jukung sendiri berbarengan dengan nelayan lainnya. Menurut Sukarata, sejak awal pihak keluarga sudah bingung karena ketika nelayan lain sudah pulang, korban tak kunjung nongol. ‘’Korban biasanya memburu tongkol dan ikan dasar. Bisanya jam 9 pagi saja sudah balik,’’ ungkapnya.

Baca juga:  Rumah Terbakar, Warga Alami Kerugian Ratusan Juta Rupiah

Untuk mencari keberadaan korban, pihak keluarga sudah menempuh jalur niskala. Menurut kakaknya yang juga nelayan, I Putu Rerod (48), dari penerawangan orang pintar adiknya diduga tenggelam di perairan dangkal, di wilayah  Gantung-Gantung, Lombok. Di sana ada karang menjorok ke laut yang biasanya menjadi tempat nelayan mancing ikan languan. Berdasarkan hasil penerawangan itu pula, keluarga sudah datang ke sana dengan mengajak penyelam asal Seraya. ‘’Di sana laut dangkal. Kami curiga dia terpeleset, sedangkan jukungnya menjauh karena arus dan tertiup angin,’’ katanya. (bagiarta/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *