BANDAR LAMPUNG, BALIPOST.com – Siapa tak kenal Teri Medan. Orang Indonesia mengenal ikan teri terbaik dengan label ‘Teri Medan’ walau tidaklah 100% benar adanya. Sebab, pasokan ikan teri di seluruh Indonesia berlabel ‘Teri Medan’ ternyata sebagian besar dipasok di Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung, Povinsi Lampung.
Pulau Pasaran merupakan penghasil ikan teri nomor satu di Indonesia. Produksinya bahkan hingga ke mancanegara. “Pulau Pasaran juga disebut Pulau ‘Berlian’ karena bisa menghasilkan ikan teri terbaik di Bandarlampung bahkan di Indonesia,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kota Bandarlampung, Aksa Jamili saat menerima kunjungan Pimpinan dan Anggota DPR RI beserta wartawan parlemen di Pulau Pasaran, Sabtu (16/9).
Sebelum mengunjungi Pulau Pasaran, Walikota Bandar Lampung Herman HN menerima rombongan DPR yang dipimpin Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan dan dua anggota DPR dari daerah pemilihan Lampung, Sudin (Fraksi PDI Perjuangan) dan Frans Agung Mula Putra (Fraksi Partai Hanura).
Pulau seluas 12 Ha ini terletak di Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Kota Bandarlampung. Warganya mengandalkan hidup dari produksi ikan teri yang dihasilkan. Posisi Pulau Pasaran yang berada di daerah teluk membuat ikan teri di Pulau Pasaran bisa tersedia sepanjang tahun.
Satu hal yang bisa dipetik dari penduduk di pulau yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pengolah ikan teri ini adalah mereka mau menerima pelajaran dari luar dengan mengubah cara pengolahan ikan asin teri dari para tetua yang sudah ada sejak puluhan tauh lalu.
Sampai 2003, pengolahan ikan teri dilakukan secara tradisional. Oleh karena itu, ikan teri produksi Pulau Pasaran tidak sebaik dari daerah lain termasuk ikan yang dipasok dari Kota Medan, Sumatera Utara. Para pengolah ikan teri di Lampung hingga tahun 2003 hanya menunggu kiriman ikan teri hasil tangkapan para nelayan dari bagan. Cara seperti itu menyebabkan ikan teri yang semula segar turun kualitasnya.
Namun, sejak 2004 para nelayan dan pengolah ikan teri di pulau tersebut mengubah cara pengolahan. Yaitu ikan teri tangkapan dari bagan nelayan, langsung diolah di atas kapal. Dengan cara itu kualitas ikan teri produksi Pulau Pasaran tetap terjaga.
Ada sekitar lima varian Ikan Teri yang dihasilkan di pulau yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera ini. “Yang terbanyak diproduksi Ikan Teri halus jenis Buntiau, itu hampir 50 persen, dengan harga jual sekitar Rp 65 ribu perkilo, kemudian Ikan Teri Nasi dengan harga Rp 75 ribu perkilo, Teri Nilon Rp 60 ribu, Teri Jengki Rp 40 ribu dan Cumi Asin Rp 60 ribu perkilo,” papar Aksa.
Soal label ini, anggota Komisi IV DPR RI Sudin mengaku cemburu karena seolah hasil kerja keras dan prestasi masyarakat di Pulau Pasaran tenggelam oleh label ‘Teri Medan’ yang telah me-nasional. Masyarakat Indonesia hanya mengetahui ikan teri berkualitas terbaik hanya berasal dari Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Untuk rencana itu, ia bersama pihak terkait di Lampung akan mematenkan ikan teri berkualitas terbaik dari Pulau Pasaran dengan label lain. “Bersama Dinas Kelautan Bandarlampung kami sepakat akan mengubah image bahwa itu bukan Teri Medan, tapi teri Nasi asal Lampung,” tegasnya. (Hardianto/balipost)