Warga berenang di Tukad Unda. Tukad ini merupakan salah satu jalur aliran larva jika Gunung Agung erupsi. (BP/sos)
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Status Gunung Agung, Kabupaten Karangasem naik ke level siaga. Pemkab Klungkung melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah melakukan persiapan untuk menghadapi terjadinya hal paling buruk.

Bahkan pada Senin (18/9), BPBD Klungkung sudah mendata jumlah warga dan pemetaan daerah yang berpotensi terdampak. Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, I Putu Widiada menjelaskan sesuai sejarah, letusan Gunung Agung tak hanya berdampak pada wilayah Kabupaten Karangasem. Tetapi aliran lahar, hujan abu vulkanik maupun lainnya juga menyasar sejumlah wilayah Klungkung.

Baca juga:  Pilkada Jembrana 2024, PDIP Berpeluang Dikeroyok JKM

Salah satunya yang rawan, yakni Tukad Unda. Hal ini pun masuk dalam peta rawan bencana letusan Gunung Agung yang disusun Bappeda Provinsi Bali bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Unud. “Aliran sungai Unda tergolong daerah rawan terlanda aliran lahar, banjir dan kemungkinan dapat terlanda awan panas dan longsoran, runtuhan tebing jika Gunung Agung meletus,” bebernya.

Atas dasar itu, dilakukan rekapitulasi jumlah penduduk yang bermukim pada desa maupun kelurahan yang dilalui sungai dengan aliran air cukup deras itu. Rinciannya, Desa Selat 4.889 jiwa, Desa Tegak 4.517 jiwa, Desa Akah 5.558 jiwa, Kelurahan Semarapura Kangin 4.655 jiwa, Kelurahan Semarapura Klod Kangin 7.450 jiwa, Desa Kamasan 4.294 jiwa, Desa Gelgel 5.292 jiwa, Dusun Gerombong, Desa Sulang 474 jiwa. Selain itu, Desa Sampalan Kelod 3.287 jiwa,Desa Gunaksa 6.107 jiwa, Desa Tangkas 3.275 jiwa, Desa Jumpai 1.998 jiwa, Desa Kusamba 124 KK. “Yang masuk (potensi terdampak-red) dalam peta ada 13 Desa dan Kelurahan dengan jumlah penduduk kurang Lebih 52.000 jiwa. Pendataan ini untuk memastikan pula jumlah distribusi bantuan maupun evakuasi saat terjadi bencana,” jelas Widiada.

Baca juga:  Warga Pengungsi Asal Desa Ban Meninggal Dunia

Perkembangan situasi terkini gunung yang terakhir meletus 1963 silam itu terus dipantau. Hasilnya pun langsung disosialisasikan ke masyarakat. “Kami juga minta sistem komunikasi desa diberdayakan. Ini untuk mempercepat penyampaian informasi,” terangnya. (Sosiawan/balipost)

Baca selengkapnya perkembangan seputar Gunung Agung di Harian Bali Post

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *