JAKARTA, BALIPOST.com – Kabupaten Banyuwangi siap kembali menjadi tuan rumah penyelenggaraan event kelas dunia, International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) 2017. Ajang balap sepeda yang melintasi berbagai keindahan alam di Banyuwangi, Jawa Timur ini akan berlangsung pada 26 hingga 30 September 2017 mendatang.
Ada berbagai perbedaan dalam penyelenggaraan ItdBI 2017 ini. Namun tujuannya tetap satu. Mempromosikan Banyuwangi sebagai destinasi wisata kelas dunia. Mengangkat berbagai potensi yang ada di daerah yang berjuluk “Sunrise of Java” ini. Menggairahkan industri, dan yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan dampak langsung yang bisa dirasakan masyarakat.
“Untuk tahun ini ada beberapa perbedaan yang kami lakukan. Tujuanya tentunya menghadirkan suguhan yang berbeda dan membuat penyelenggaraan semakin baik,” ujar Bupati Banyuwangi Azwar Anas dalam peluncuran ItDBI 2017, Senin (19/9) malam di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Jakarta.
Perbedaan tersebut diantaranya jarak tempuh dalam ItdBI ini lebih pendek dibanding tahun sebelumnya. “Tapi meski lebih pendek, tingkat kesulitannya tetap tinggi,” ujar Bupati Azwar Anas. ITdBI 2017 terbagi dalam empat etape. Etapa pertama dimulai dari Pasar Bajulmati, Kecamatan Wongsorejo.
Kemudian etape kedua akan mengambil titik start di Dusun Coklat di Kecamatan Glenmore dan etape ketiga di Pelabuhan Ikan Muncar. Dan yang menarik adalah di etape keempat. Dimana titik start akan dimulai dari Pondok Pesantren Blokagung di Kecamatan Tegalrasi.
“Untuk tahun ini titik start akan dimulai dari Pondok Pesantren. Akan ada 7.000 santri yang akan keluar untuk mendukung,” ujar Azwar Anas. Uniknya lagi, para peserta yang sebanyak 20 tim dari 29 negara seperti Prancis, Italia, Belanda, Rusia, Irlandia, Swiss, Jerman, Australia, Kolombia dan Selandia Baru ini, saat dilepas akan menggunakan kain sarung dan kopiah. Tidak ketinggalan musik gambus yang akan mengiringi acara pelepasan peserta.
“Budaya sarung ini tentunya tidak akan ditemukan di penyelenggaraan balap sepeda lainnya. Tour de France sekalipun tidak akan ada budaya sarungan seperti ini,” ujar Bupati. Bupati mengatakan, ITdBI bukan semata-mata ajang sport tourism. Tetapi satu alat konsolidasi yang merubah budaya masyarakat hingga ke level yang paling bawah.
“Jadi ini gotong royong, satu kerjaan yang terukur di Tur de Ijen ini,” kata Azwar Anas. Jika ditanya apa dampak yang dirasakan dari penyelenggaraan ItdBI, bupati mengatakan bahwa dulunya tingkat kedatangan wisatawan pada 2014 hanya 500 ribu orang. Kemudian meningkat di tahun berikutnya menjadi 700 ribu.
“Dan kini sudah mencapai 4,3 juta orang,” ujar bupati. ITdBI menjadi sarana yang efektif dalam mempromosikan dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Banyuwangi. Penyelenggaraan sport tourism ini juga memberikan direct impact ekonomi pariwisata bagi masyarakat.
Antara lain hotel menjadi penuh karena ratusan peserta terdiri dari para pembalap berikut rombongannya dari puluhan negara dan para penggemar olahraga balap sepeda datang dan menginap di hotel serta membelanjakan uangnya di sana.
“Mereka akan membelanjakan uangnya selama berada di Banyuwangi dan diterima langsung oleh masyarakat setempat,” ujar Bupati.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi dan menyambut dengan baik kembali digelarnya ajang International Tur de Banyuwangi Ijen 2017.
Menurutnya dari enam ajang balap sepeda yang dibalut dengan pariwisata, ITdBI merupakan satu-satunya yang meraih predikat excellence dengan nilai 90 poin dari Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI).
“Ini artinya kriteria security dari penyelenggaraan Tour de Banyuwangi Ijen ini adalah yang terbaik. Sangat bagus,” ujar Menpar Arief Yahya. Menpar mengingatkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan pada saat acara berlangsung mungkin tidak akan terlalu banyak. Namun dalam penyelenggaraan ajang sport tourism ini, media value-nya akan jauh lebih besar.
“Kalau ditanya berapakah jumlah wisatawan? Langsung saya jawab, kecil. Tapi media value-nya sangat tinggi,” kata Arief Yahya. Untuk satu sport event, ujar Menpar, tidak bisa berdiri sendiri. Ia mengatakan sudah mempelajari, bahwa rata-rata pendapatan yang didapat dari sport event itu 60 persen dari advertisement atau pemasangan iklan.
Kemudian 30 persen dari tiket dan 10 persen dari penjualan aksesoris, jersey dan sebagainya. “Yang ingin saya sampaikan bahwa banyak pihak yang ingin memasang iklan di ajang sport tourism itu karena media value-nya yang tinggi. Oleh karenanya Kemenpar hanya akan bantu di media value,di promosinya, karena kita menguasai ilmunya,” kata Menpar Arief Yahya.
Untuk itu ia menekankan rekan-rekan di Banyuwangi, karena sport tourism bukan tourism event, maka promosi destinasi wisatanya harus baik. “Cultural performance harus ada. Nature, tempat-tempat itu harus dipromosikan sebagai kompensasi dari event ini, silahkan datang ke Banyuwangi, rasakan langsung keindahan Banyuwangi,” ujar Arief Yahya. (kmb/balipost)