Arief Yahya. (BP/ist)
JAKARTA, BALIPOST.com –  Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo ikut mengampanyekan wisata belanja dan kuliner dengan cara mengajak keluarganya ke Mall. Dan sekarang, giliran Menpar Arief Yahya yang ikut aktif mengampanyekan wisata kuliner dan belanja.

Cara yang dipilih sangat simpel. Lewat kementerian di bawah komandonya, Menpar menggelar Workshop Strategi Pemasaran Wisata Kuliner dan Belanja (Wiskulja) untuk Wisatawan Mancanegara.

“Culinary and shopping itu bisa dinikmati siapa saja. Sudah dibuat dibuat lama, turun temurun, ratusan bahkan ribuan kali dimodifikasi berdasarkan selera customers. Jadi perlu strategi khusus untuk menghandle hal ini,” tutur Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana.

Workshop Strategi Pemasaran Wisata Kuliner dan Belanja (Wiskulja) untuk Wisatawan Mancanegara sampai ikut digelar. Selama dua hari, Selasa (19/9) hingga Rabu (20/9), di Hotel Santika Premiere Jakarta, 60 peserta dari unsur pemerintah, industri, dan komunitas diajak menyelami wisata kuliner dan belanja.

Baca juga:  Promosi Desa Wisata Sangat Diminati, Peserta Tour de Merapi Membludak

Semua diajak berdiskusi membahas detail peran wisata kuliner dan belanja sebagai bagian dari strategi pemasaran wisata budaya. Juga berbagi informasi dan pengetahuan tentang upaya pemasaran bagi berbagai bentuk wisata kuliner dan belanja.

“Potensinya tergolong besar. Kuliner terlezat nomor satu dan dua dunia 2017 ada di Indonesia. Segmen wisata kuliner dan belanja juga bisa berkontribusi untuk menciptakan 13 juta lapangan kerja, menciptakan 270 triliun devisa atau 20 juta wisman,” ujar Pitana.

Nah, untuk mengangkatnya tidak bisa instan. Diperlukan pengenalan produk terlebih dahulu serta penerapan strategi yang tepat. Inilah uang diasah di workshop tadi.

Baca juga:  Pariwisata Banyuwangi Makin Oke, Anak Usaha Pelindo III Bangun Marina

Strategi pemasarannya diarahkan agar tidak keluar dari rumus Destinasi, Originasi dan Timeline (DOT). Kemudian ketika merancang strategi untuk promosi maka frameworknya pasti Branding, Advertising dan Selling (BAS).  Sementara untuk memilih channel promosi, maka frameworknya pasti Paid On dan Sosial Media plus endorser.

“Dalam ketiga framework inilah kita bermain untuk strategi yang unik, spesifik untuk masing-masing segmen. Dengan wisata lainnya strateginya akan sama, tapi produknya yang berbeda,” kata Pitana.

Menpar Arief Yahya ikut buka suara. Menurutnya, shopping itu sudah satu paket dengan kuliner dan harus ada di setiap destinasi. “Karena memang ada karakter wisman yang setiap berwisata itu mensyaratkan harus ada kuliner dan belanja,” ujar menteri asal Banyuwangi ini.

Baca juga:  Dongkrak Wisata MICE di Belitung, Kemenpar Gelar Asistensi Penthahelix

Pesan Menpar hanya satu. Dia ingin diskusi jangan hanya menghasilkan rekomendasi dalam tatanan konsep. “Tapi langsung implementasikan di 2018,” ujar Menpar Arief Yahya.

Hal ini dianggap sangat penting lantaran Bank Indonesia menyebutkna bahwa pengeluaran wisman di Indonesia rata-rata sekitar Rp 5,3 juta dengan rata-rata lama berlibur antara empat hingga lima hari. Pengeluaran terbanyak datang dari biaya menginap (akomodasi), makan, paket tur, dan belanja buah tangan atau cenderamata. “Kalau dari spending-nya, kuliner dan belanja itu lumayan tinggi. Jadi jangan berhenti di workshop saja. Harus berlanjut ke commercial value,” ujar Menpar Arief Yahya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *