DENPASAR, BALIPOST.com – Kekhawatiran masyarakat terhadap ternak peliharaannya pada wilayah sekitar Gunung Agung mendorong untuk melakukan penjualan lebih awal dalam waktu yang bersamaan dan jumlah yang besar. Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya penawaran harga ternak di bawah harga pasar dan sangat merugikan peternak.
Harga sapi dewasa yang semula Rp 15 juta dijual dengan harga Rp 3 juta. Itu pun masih banyak sapi yang belum laku, apalagi anak sapi (pedet).
Bahkan warga yang memiki 200 ekor sapi bingung membawa sapinya kemana. Karena selama ini, sistem peternakannya dengan cara sistem kadasin (ternak titipan untuk dipelihara dengan sistem bagi hasil). Dengan adanya imbauan untuk mengungsi, warga yang memelihara ternak itu mengembalikan pada pemiliknya. Sehingga pemiliknya pun kebingungan menangani ternaknya. Sementara kehidupan masyarakat di pegunungan yaitu dari beternak dan pertanian.
Hal itu juga diperparah dengan kemampuan keuangan serta pemasaran para peternak sapi sangat terbatas sehingga tidak seluruh sapi dapat ditransaksikan. Hal itu menimbulkan keresahan peternak.
“Oleh karena itu, kami koordinasikan dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kabupaten Karangasem untuk segera membangun holding ground (tempat penampungan) sementara untuk ternak sapi yang belum layak dijual terutama sapi bibit dan pedet (anak sapi) dalam waktu beberapa hari sampai kondisi aman,” kata Drh. IKG Nata Kesuma, MMA, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas PKH Provinsi Bali, Jumat (22/9).
Rencananya, holding ground akan dibangun di Kantor UPT Pertanian Karangasem dan Lapangan Desa Rendang. Untuk penanganan selama di kandang penampungan dibentuk satgas untuk menyiapkan pakan atau hijauan, air dan penanganan kesehatan hewan. “Hari ini kami telah menurunkan staf ke lokasi untuk memfasilitasi para pedagang sapi agar dapat membeli ternak sapi yang memang sudah layak dijual dengan harga wajar,” ungkapnya.
Selain itu pihaknya juga mengoordinasikan dengan pihak terkait yang memiliki kandang ternak untuk sapi agar membantu meminjamkan sementara. Mengingat belum dibangunnya holding ground, diakui saat ini belum ada warga yang menitipkan ternaknya. “Peternak secara swadaya mungkin juga sudah menitipkan pada keluarganya di wilayah terdekat, ” ujarnya. (citta maya/balipost)