DENPASAR, BALIPOST.com – Sejarah aktivitas erupsi Gunung Agung dicirikan oleh erupsi-erupsi yang bersifat eksplosif dan efusif dengan pusat kegiatan di Gunung Agung yang terletak di dalam kawahnya. Berdasarkan sejarahnya, dikutip dari www.magma.vsi.esdm.go.id, jika terjadi letusan seperti pada 1963, potensi bahaya yang mungkin terjadi dapat berupa lontaran piroklastik (bom vulkanik/batu panas), hujan abu, aliran piroklastika, aliran lava, hingga banjir lahar.
Jika terjadi letusan, potensi bahaya primer yang dapat terjadi di dalam radius 9 km berupa jatuhan piroklastik dengan ukuran sama atau lebih besar dari 6 cm.Hasil pemodelan potensi sebaran hujan abu menunjukkan bahwa jika terjadi letusan saat ini dengan asumsi indeks eksplosivitas letusan VEI III, sektor Barat, Baratlaut dan Utara dari Gunung Agung adalah sektor yang paling terancam. Sektor tersebut berpotensi terlanda hujan abu lebat dengan ketebalan maximum mencapai 1.6 meter (hingga jarak 15 km dari Puncak Gunung Agung) dan ketebalan maximum 0.4 meter (hingga jarak 30 km dari Puncak Gunung Agung).
Hasil pemodelan potensi sebaran abu vulkanik di udara mengindikasikan jika erupsi terjadi dalam waktu dekat maka abu vulkanik dapat tersebar jauh utamanya ke arah Baratlaut dari Puncak Gunung Agung dan diperkirakan dapat mengganggu operasional penerbangan dari dan ke Bali, Surabaya, dan Banyuwangi.
“Namun mengenai potensi gangguan abu vulkanik di udara sangat mengikuti arah dan kecepatan angin, sehingga pihak-pihak yang terkait keselamatan penerbangan diharapkan untuk adaptif sesuai dengan kondisi aktual,” demikian peringatan yang diberikan terkait kemungkinan dampak erupsi di situs itu.
Hasil pemodelan potensi aliran piroklastik (Awan Panas) dengan asumsi bahwa letusan pembuka memiliki volume letusan 10 juta m3, maka aliran piroklastika dapat berpotensi meluncur ke sektor Utara-Timurlaut, Tenggara, dan Selatan-Baratdaya dengan jangkauan sekitar 10 km dalam waktu kurang dari 3 menit. Namun jika volume letusan melebihi 10 juta m3, maka aliran piroklastika dapat berpotensi meluncur ke sektor Utara-Timurlaut, Tenggara, dan Selatan-Baratdaya dengan jangkauan melebihi 10 km.
Oleh karena itu, ke depan PVMBG dapat mengubah rekomendasi gunungapi sesuai dengan perkembangan data pemantauan terbaru. Ancaman bahaya aliran piroklastik (Awan Panas) tersebut di atas maupun aliran lava utamanya berada pada sektor utara lereng Gunung Agung, terutama di daerah aliran sungai Tukad Tulamben, Tukad Daya, Tukad Celagi yang berhulu di area bukaan kawah. Pada sektor Tenggara terutama di daerah aliran Sungai Tukad Bumbung, dan pada sektor Selatan-Baratdaya terutama di daerah Pati, Tukad Panglan, dan Tukad Jabah. (kmb/balipost)