AMLAPURA, BALIPOST.com – Intesitas gempa bumi terus menunjukkan peningkatan. Hal ini semakin menguatkan asumsi, bahwa Gunung Agung akan mengalami letusan, cepat atau lambat.
Gempa-gempa ini sebagai tanda gas fluida terus naik dari kantong magma Gunung Agung, sekitar lima kilometer dari permukaan kawah Gunung Agung. Seluruh rangkaian peristiwa yang merupakan hasil dari analisa Badan Geologi, menunjukkan ini mengarah terjadinya pada terjadi peristiwa letusan.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kasbani, Sabtu (23/9), mengatakan seiring dengan gempa yang terus meningkat, gas-gas fluida ini juga semakin banyak naik ke permukaan kawah. Sementara, hasil analisa Badan Geologi, kemunculan gas fluida ini terus menunjukkan peningkatan aktivitas.
Tetapi, berdasarkan kajian karakteristik Gunung Agung, aktivitas kantung magma yang terus mengeluarkan gas fluida tidak bisa diprediksi. “Sekarang memang terus meningkat. Tetapi, suatu saat juga bisa turun. Ini memang sulit dipastikan. Tidak ada yang bisa menebak kapan kantong magma ini berhenti mengeluarkan gas fluida atau kapan akan terjadi letusan,” tegas Kasbani, usai melakukan rapat dengan BNPB dan jajaran terkait di pemerintah pusat, pascapenepatan status aktivitas vulkanik Gunung Agung menjadi awas, di Wantilan Pemkab Karangasem, Sabtu (23/9).
Pada prinsipnya, Kasbani menegaskan kalau status awas ini harus disikapi dengan serius dengan upaya pengosongan wilayah di radius 9 km dari permukaan kawah Gunung Agung. Melihat perkembangan intensitas gempa Gunung Agung, pihaknya hanya bisa melakukan pendekatan-pendekatan terhadap apa saja peristiwa lain yang terjadi.
Untuk bisa memahami Gunung Agung, pertama pihaknya sudah mempelajari betul karakter Gunung Agung. Gunung terbesar di Bali ini sudah meletus sebanyak empat kali. Letusan terakhir durasinya paling lama, yakni 120 tahun. Sehingga, saat itu letusanya amat dasyat.
Kekuatan letusan Gunung Agung disebutkan sepuluh kali lebih besar dari letusan Gunung Merapi. Jangkauan awan panas letusan Gunung Agung diperkirakan mencapai 14 km ke arah utara dan 12 km ke arah selatan. Saat penetapan status awas Jumat (22/9) malam, Gunung Agung kata Kasbani mencatatkan jumlah letusan tertinggi, sejak peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung terjadi sejak Agustus lalu. “Gempa-gempa itu terjadi karena karena pelepasan energi dari magma tersebut. Karakter Gunung Agung paling berbeda dari gunung api yang lain. Letusannya tak dapat dipastikan,” tegasnya.
Kepala BNPB Willem Rampangilei, menegaskan dengan naiknya level menjadi awas, maka seluruh wilayah di radius 9 km dari permukaan kawah Gunung Agung harus segera mengungsi, termasuk wilayah yang sudah ditetapkan sebagai wilayah perluasan ke beberapa arah. Seluruh wilayah dalam radius itu harus steril dalam waktu 24 jam pasca level dinaikan menjadi awas. (Bagiarta/balipost)