SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kedatangan pengungsi ke Kabupaten Klungkung terus mengalir. Bahkan, penempatannya tak lagi terpusat di GOR Swecapura, Desa Gelgel. Namun sudah tersebar ke sejumlah balai banjar.

Sesuai hasil pendataan hingga pukul 17.00 Wita, Sabtu (23/9), tercatat pengungsi tersebar di 69 titik dengan total 9 ribu jiwa lebih. Angka ini masih berpotensi terus meningkat.

Sesuai pantauan, selain di GOR Swecapura, pengungsi juga tercatat menempati Balai Banjar Tangkas Desa Gelgel, Balain Banjar Lebah Semarapura Kangin, Banjar Lekok Desa Sampalan Klod, dan Lapangan Tembak. Selain itu ada pula menempati gedung kosong di Jalan Untung Surapati. Pengungsi tersebut tak lagi berasal dari Desa Sebudi, namun juga Muncan, Pesangkan, Telung Bhuana, Selat Duda, Selat, Duda, dan Besakih.

Baca juga:  Kunjungan Wisatawan Cina Diklaim Anjlok 100 Persen

Tiga hari berjalan, kesehatan pengungsi menurun. Ratusan orang telah masuk posko kesehatan dan puluhan sudah di rujuk ke RSUD Klungkung. Beberapa ada yang harus menjalani rawat inap akibat kondisinya cukup mengkhawatirkan.

Kepala Dinas Kesehatan Klungkung, dr. Ni Made Adi Swapatni menjelaskan pengungsi tersebut kebanyakan menderita maag, hipertensi dan radang saluran pernafasan. Untuk yang dirujuk ke rumah sakit, sebagian besar sesak nafas. “Tapi itu sudah berhasil tertangani,” jelasnya.

Baca juga:  Jika Gunung Agung Erupsi, 70 Ribu Warga Diperkirakan Mengungsi

Meminimalisir hal tersebut, petugas medis bersama PMI terus melakukan pemantauan. Tak hanya di GOR Swecapura, namun juga di balai banjar. “Kondisinya terus kami pantau. Oetugas selalu siap,” sebutnya.

Sementara itu, dari kebutuhan pangan, masih mencukupi. Bantuan dari masyarakat pun terus mengalir. Yang menjadi kendala, masih ada pengungsi belum mendapatkan perlengkapan tidur.

Seperti halnya di Balai Banjar Jelantik Mamoran, Desa Tojan. Beberapa hanya beralaskan tikeh klasa, tanpa selimut dan bantal. “Tikar itu pun dapat disini,” ujar Ketut Parsa asal Desa Pesangkan, Kecamatan Selat, Karangasem.

Baca juga:  Mengenalkan Keberadaan Museum Le Mayeur di Masa Pandemi

Seiring bertambahnya jumlah pengungsi, ketersediaan toilet juga menjadi persoalan. Hal tersebut menyebabkan pengungsi di GOR Swecapura harus antri cukup lama. Untungnya, disekitar lokasi terdapat sungai cukup besar yang dapat dimanfaatkan.

Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta menyatakan penanganan pengungsi terus dimaksimalkan. Pemenuhan kebutuhan juga diharapkan bisa datang dari masyarakat. “Kami juga berharap terus ada uluran dari masyarakat. Terutama untuk perlengkapan tidur,” tandasnya. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *