AMLAPURA, BALIPOST.com – Sejak Status Gunung Agung ditingkatkan dari level III (Siaga) menjadi level IV (Awas), intensitas gempa yang terjadi terus mengalami peningkatan. Bahkan pada Minggu (24/9) dari puncak mengeluarkan asap tipis.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG/ESDM I Gede Suartika mengungkapkan, secara visual tadi pagi pukul 06.00 Wita sudah terlihat kepulan asap putih tipis dari puncak Gunung Agung. “Kepulan asap tipis yang muncul dengan ketinggian 200 meter dari puncak,” ungkap Suartika, Minggu (24/9).
Suartika mengungkapkan, sulfatara sudah ada sebelum level dinaikkan dari normal ke waspada. Sedangkan dari segi kegempaan dalam yang terjadi sudah mengalami perlambatan. Namun gempa dangkal mulai muncul secara perlahan.
Itu artinya sumber tekanan untuk terjadi letusan sudah semakin dangkal. “Intensitas gempa yang terjadi tadi jumlahnya memang berkurang, tapi ukuran gempa yang terjadi besar-besar,” terangnya.
Suartika menilai magma yang ada di Gunung Agung tipenya tertutup. Hal itu dikarenakan karena sejak tahun 1963 lalu belum pernah terjadi letusan. Jadi kalau dia mau meletus, akan membutuhkan energi yang sangat besar. “Kemungkinan letusan yang terjadi hampir sama dengan tahun 1963. Tapi pastinya kita belum tau seperti apa,” terangnya.
Lebih lanjut dikatakannya, jika melihat intensitas gempa yang ditunjukkan dan berdasarkan pengalaman tahun 1963 ancaman letusan memang pasti akan terjadi. Sebab, dari beberapa kali pengalaman sejak gunung ditetapkan awas satu atau dua jam sudah meletus.
Namun, Gunung Agung sampai detik ini belum meletus. Itu artinya tubuh gunung api sangat kuat karena tidak bisa diterobos. “Kalau sudah status awas seperti ini dalam ke depan ini kemungkinan akan terjadi. Tapi kita belum bisa pastikan kapan meletusnya,” pungkas Suartika. (Eka Parananda/balipost)