KULONPROGO, BALIPOST.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo tak kenal lelah mempromosikan potensi pariwisatanya kepada investor. Saat ini, ada 32 objek wisata yang terus dipromosikan kepada penanam modal, baik lokal maupun asing.
Salah satu cara yang dilakukan adalah memaksimalkan sistem informasi geografis (geographic information system/GIS). “Nantinya, investor yang tertarik menanam modal bisa mengaksesnya melalui GIS,” kata Kepala Bidang Pengawasan dan Teknologi Informasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (DPMPT) Kulon Progo Herismoyo.
Berdasarkan data kajian Dinas Pariwisata Kulon Progo, sebanyak 32 titik objek wisata yang dikembangkan tersebar di 12 kecamatan. Di antaranya di Girimulyo, Samigaluh, dan Kalibawang.
Secara teknis, titik koordinat objek wisata tersebut akan dicantumkan dalam peta. Nantinya juga dicantumkan penjelasan singkat tentang kondisi serta peluang yang bisa dikerjasamakan dengan investor.
Menurut Herismoyo, rendahnya investasi sektor pariwisata dikarenakan minimnya informasi peluang menanam modal di masing-masing tempat. Nah, GIS diharapkan membuka informasi yang bisa diakses calon penanam modal.
“Apa yang menurut pelaku wisata bisa dikerjakan oleh investor, kami berusaha menjembataninya. Untuk membuka wahana baru tentu juga butuh banyak modal,” jelas Herismoyo.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar) Kulon Progo Rochandy Gunung mencontohkan beberapa objek wisata maupun aset daerah yang bisa digarap bareng pihak swasta.
Misalnya, rest area yang berada di Kecamatan Temon, dermaga wisata di Glagah, dan Wisma Sermo di Kokap. “Kalau aset-aset tersebut bisa dikelola oleh pihak ketiga atau dikerjasamakan, hal ini akan melengkapi wahana wisata yang ada di Kulon Progo,” ujar Rochandy.
Beberapa waktu lalu, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo sudah mengumandangkan komitmennya untuk membangun industri pariwisata.
Dia berpegang pada rumus 3A yang terdiri dari akses, amenitas, dan atraksi. Selama ini, rumus yang dipopulerkan Menteri Pariwisata Arief Yahya itu juga dipakai oleh banyak daerah di Indonesia. Syarat sebuah destinasi, harus memiliki 3A secara komplit, tanpa itu “berbahaya” kalau dipromosikan meluas ke mancanegara.
“Kalau sudah punya atraksi kelas dunia, maka amenitas pun harus dibuat global standard, dan aksesnya harus international airport, sehingga wisman bisa terbang langsung. Kulonprogo tidak lama lagi punya airport berkelas dunia, karena itu sudah betul CEO commitment-nya, atau keseriusan bupatinya, untuk segera menyiapkan 3A itu,” kata Arief Yahya.
Untuk akses, Kulon Progo sudah menetapkan dan mulai membangun jalur Bedah Menoreh. Jalan itu menghubungkan kawasan wisata Candi Borobudur di Magelang dengan New Yogyakarta International Airport (NYIA). Terkait atraksi, Pemkab Kulon Progo juga terus berbenah. Hasto mengatakan, lebih dari 50 festival akan dikembangkan untuk mengundang wisatawan.
“Sementara ini yang besar dan rutin ada di Gua Kiskendo, Sendratari Sugirwo Subali, Sendang Sono. Wates juga ada di Sentra Batik Sugirwo Subali. Kami akan kembangkan sesuai instruksi Pak Menteri (Arief Yahya), 52 festival skala nasional,” tutur Hasto.
Sementara itu, amenitas seperti hotel bagi wisatawan juga diyakini akan tercukupi. Hasto mengatakan, pembangunan bandara akan diikuti oleh investor untuk mendirikan hotel. (kmb/balipost)