SINGARAJA, BALIPOST.com – Total 827 siswa yang tinggal di posko pengungsian di Kecamatan Tejakula mulai bersekolah Senin (25/9). Rinciannya 11 anak mengikuti pendidikan jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), SD 565, SMP 182, SMA 11 dan SMK 58 anak.
Ratusan siswa asal Karangasem yang sedang mengungsi setelah status awas Gunung Agung itu, bersekolah tanpa seragam, sepatu dan buku pelajaran. Mereka disebar di sekolah di sekitar Kecamatan Tejakula.
Untuk jenjang PAUD disebar di TK Pembina Tejakula dengan peserta didik baru satu orang. TK Wisuda Laksmi Gretek lima orang, dan TK Dharma Putra Pacung lima orang.
Jenjang SD, masing-masing di SDN 1 Bondalem tiga orang, SDN 3 Les 41 orang, SDN 3 Penuktukan 12 orang, SDN 2 Sambirenteng 11 orang, SDN 4 Penuktukan 81 orang, SDN 1 Tembok 44 orang, SDN 3 Sambirenteng 17 orang, SDN 1 Tejakula 10 orang, SDN 3 Pacung 12 orang, SDN 4 Sambirenteng 26 orang, SDN 5 Tejakula 10 orang, SDN 6 Bondalem 3 orang,
SDN 1 Penuktukan 23 orang, SDN 4 Tembok 28 orang, SDN 5 Les 1 orang, SDN 3 Tejakula 2 orang, SDN 2 Tejakula 13 orang, SDN 1 Sambirenteng 12 orang, dan SDN 3 Sembiran satu orang. sedangkan jenjang SMP dengan jumlah anak 39 bersekolah sementara di SMPN 2 Tejakula.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Kadisdikpora) Buleleng Gede Suyasa mengatakan, data anak pengungsi Gunung Agung yang harus difasilitasi sekolahnya sangat dinamis. Ini dibuktikan dengan pendataan awal terdapat selisih antara siswa yang tercatat dengan siswa yang hadir di sekolah.
Kondisi ini diakuinya wajar karena memang memerlukan waktu penyesuaian dengan kondisi fisik dan psikologis masing-masing siswa. Disdikpora akan terus memantau perkembangan jumlah peserta didik yang sudah mulai belajar.
Selain itu, pihaknya mengupayakan agar anak-anak yang belum hadir ke sekolah mau ikut belajar bersama. “Setelah kita data dan mulai hari pertama sekolah sisswa bertambah dan itu wajar karena pergerakan pengungsi terus bertambah, dan kami tetap akan berupaya semakismal mungkin agar anak-anak usia sekolah ini bisa mengikuti pendidikan meski masih tinggal di pengungsian,” katanya. (Mudiarta/balipost)