SEMARAPURA, BALIPOST.com – Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI), Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K)., Selasa (26/9) pagi mengunjungi Posko Pengungsian antisipasi erupsi Gunung Agung di Gor Swecapura. Dalam kunjungannya tersebut, Menkes yang didampingi Kadiskes Provinsi Bali, Kadiskes Kabupaten Klungkung, Bupati Klungkung meninjau pos-pos pengungsian, pos makanan, pos kesehatan dan pos logistik.
Nila Moeloek mengatakan, sampai saat ini persediaan obat-obatan untuk para pengungsi yang tersebar di wilayah kabupaten Klungkung masih aman. “Stok obat sangat aman, bahkan di Klungkung buffer stoknya cukup dan di Provinsi juga sudah punya persediaan,”ujarnya di sela-sela kunjungan, Selasa (26/9).
Moeloek juga mengatakan, sistem pelayanan dan ketersediaan obat di posko pengungsian yang tersebar di seluruh kabupaten/kota telah terkoordinasi dengan baik antara Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah dengan Rumah Sakit Daerah di Bali dan pos-pos kesehatan. Untuk di Klungkung pos-pos kesehatan telah tersebar sebanyak 114 di titik-titik pengungsian. “Obat-obatan kami memang buffer stok, karena baik dari provinsi, kabupaten dan pusat sudah saling berkoordinasi, jadi insyaallah obat-obatannya cukup,”imbuhnya.
Disamping itu, untuk meningkatkan kualitas pelayanan, Moeloek, mengatakan telah melakukan beberapa langkah antisipasi di titik-titik pengungsian. Salah satunya adalah menambah tenaga kesehatan di setiap posko pengungsian. Hal ini untuk memaksimalkan pelayanan, karena bencana erupsi Gunung Agung tidak ada yang tahu sampai kapan akan terjadi. Sampai saat ini, jumlah tenaga kesehatan yang dikerahkan sudah cukup banyak dan dipastikan cukup aman untuk memberikan pelayanan kesehatan. “Tenaga kesehatan juga sangat aman, sehingga ship pergantiannya betul-betul terkoordinasi dengan baik. Kami juga mengerahkan bukan hanya tenaga dokter tetapi juga tenaga kesehatan lain, bahkan mahasiswa dari kesehatan masyarakat, Poltekkes, dan utamanya dari fakuktas kedokteran,”tandas wanita kelahiran Jakarta, 11 April 1949 tersebut.
Berdasarkan pantauannya di RSUD Klungkung, Moeloek mengatakan, sebanyak 5000 lebih pasien pengungsi yang dirujuk ke RSUD Klungkung untuk diberikan pelayanan dasar. Dimana kebanyakan pasien tersebut mengalami penyakit harian, seperti sakit perut dan kepala, dan ada beberapa yang mengalami gangguan penyakit, seperti infeksi paru-paru pada anak sebanyak 3 orang dan gagal ginjal sebanyak 7 orang.
“Saya melihat di rumah sakit Klungkung riskan kebanyakan orang tua dan orang tua harus diungsikan ke rumah sakit, agar tidak panik sehingga kemungkinan yang terjadi tidak lebih tinggi,”ucapnya.
Melihat pelayanan pos kesehatan di Posko Pengungsian di Gor Swecapura sangat baik dan terkoordinasi, pihaknya belum memikitkan untuk membuka pos relawan untuk kesehatan. Apalagi, di kementerian kesehatan sudah mempunyai sistem 119 (Publik Safety Center) yang digunakan sebagai wadah untuk menyebarkan informasi kesehatan ke masyarakat. “Kita sudah punya sistem, jadi tidak usah membuka relawan, karena kita sudah punya yang disebut 119, di sini dengan mudah kita berinformasi dan Klungkung sudah punya itu,”katanya.
Pada kesempatan tersebut, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini juga mengapresiasi dinas-dinas kesehatan yang ada di Bali yang telah secara terkoordinasi memberikan pelayanan kesehatan yang tanggap darurat pada para pengungsi. Pihaknya juga akan memberikan bantuan kesehatan, jika sewaktu-waktu diperlukan di Kabupaten Klungkung untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada para pengungsi antispasi erupsi Gunung Agung. “Kalau mereka memerlukan kami tentu akan mengirimnya (obat-obatan dan tenaga medis), karena pak kadis (dr. Ketut Suarjaya) bilang cukup dulu agar tidak berlebihan karena pengaturannya nanti yang sulit,”pungkasnya. (win)