AMLAPURA, BALIPOST.com – Kota Amlapura dan sebagian Kecamatan Bebandem yang berada di luar radius 12 dinyatakan jauh dari jangkauan awan panas. Jika Gunung Agung mengalami erupsi besar, awan panas atau di Jawa dikenal sebagai wedus gembel hanya akan terpapar sampai di Bebandem bagian atas.

Untuk daerah zona KRB I seperti Kacamatan Karangasem, Badan Penanggulangan Bencana Daerah justru mengingatkan ancaman bahaya debu vulkanik. “Abu vulkanik seperti kaca, bisa menimbulkan luka pada kulit dan inveksin saluran pernafasan. Jangan sekali-sekali sok jago tanpa memakai pelindung saat menghadapi debu vulkanik,” tegas Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Wisnu Wijaya, di Posko Induk Tanah Ampo, Rabu (27/9).

Baca juga:  Selamatkan Air Bali Melalui Menjaga Lingkungan dan Lestarikan Alam

Debu vulknik bersifat mematikan jika terhirup pernafasan. Sehingga, jika terjadi erupsi diharapkan masyarakat sudah siap dengan pelindung masker. Atau, jika masker belum ada, bisa menggunakan kain basah. 

Mengambil contoh erupsi Gunung Merapi, debu vulkanik dapat sangat mengganggu jarak pandang. Untuk meminimalisir potensi bahaya, masyarakat tak hanya harus waspasa terhadap debu vulkanik yang terhisap pernafasan, tapi juga waspada terhadap akumulasi debu di atap rumah. Tumpukan debu harus segera dibersihkan karena akan sangat berbahaya jika terjadi hujan. “Di Jogja, debu vulkanik yang menempel di atap menjebol kap rumah,” ungkap Wisnu Wijaya.

Baca juga:  Dampak Gempa, Belasan Warga di Desa Ban Alami Luka Ringan hingga Berat

Selain debu vulkanik, daerah KRB I juga berpotensi diterjang lahar dingin. Namun banjir lahar dingin tidak terjadi secara serta-merta. Volume dan kecepatan aliran lahar dingin tergantung pada kekuatan erupsi serta kondisi cuaca. “Lahar dingin biasanya terjadi ketika hujan. Air hujan akan membawa material letusan berupa bubur debu vulkanik dan material lainnya. Energi bubur lahar itu sangat besar dan harus diwaspadai,” jelas Wisnu Wijaya.

Baca juga:  Daging Ayam Langka di Karangasem, Sentuh Rp 50 Ribu Perkilo

Untuk meminimalisir potensi jatuhnya korban, BNPB masih punya PR yaitu menyosialisasikan bahaya abu vulkanik. Menghadapi dinamika Gunung Agung saat ini, pihaknya berharap masyarakat sudah mempersiapkannya. “Gunung meletus tak soal lahar dan awan panas. Debu vulkanik wajib diantisipasi,” pungkas Wisnu Wijaya.

Sementara itu, Posko Induk Tanah Ampo menerima terus menerima pasokan logistik. Selain dari dari pemerintah, pasokan logisik juga berasal dari sumbangan pihak swasta, pribadi dan asing. Logistik yang masuk mulai dari beras, gula dan minyak goreng, peralatan MCK, tenda, matras hingga kursi meja. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *