PROGRAM BPJS Kesehatan telah bergulir sejak beberapa tahun lalu. Manfaatnya sudah dirasakan, salah satunya oleh Wakil Rektor IV Undiksha, Drs. I Wayan Suarnajaya, M.A., Ph.D. Ditemui di ruang kerjanya, ia bercerita banyak tentang pengalamannya menggunakan fasilitas dari BPJS Kesehatan.
”Saya sudah berkali-kali menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan, dari sejak 2009 saat masih PT. Askes (Persero). Saya mengalami gangguan kesehatan, pilek yang tidak kunjung sembuh dan mengeluarkan darah dari hidung. Saat itu saya langsung periksakan diri ke dokter, dikatakan hanya pilek biasa dan diberi obat. Tapi tidak kunjung sembuh. Saya kembali memeriksakan diri ke dokter dan disarankan dirujuk ke RSUD Buleleng untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Akhirnya saya kembali dirujuk ke RSUP Sanglah dan dilakukan biopsi disana, dan didiagnosa terkena tumor nasofaring. Diputuskan untuk kemoterapi 2 periode dengan biaya saat itu kurang lebih 60 juta rupiah dan juga dilakukan 35 kali radiologi. Saat itu kurang lebih biaya yang dihabiskan sekitar 80 juta rupiah. Semuanya ditanggung oleh PT. Askes (Persero) yang kini menjadi BPJS Kesehatan.” terangnya
Pada 2014, akademisi asal Klungkung ini kembali mengalami gangguan pada kesehatannya. “Saya merasakan dada kiri saya sangat sakit seperti ditusuk hingga berbaringpun tidak bisa. Akhirnya keluarga membawa ke RST Tingkat IV Singaraja. Diagnosa dokter saat itu, saya mengalami gangguan pada jantung yang harus rutin mengkonsumsi obat jantung setiap hari. Itu dijamin BPJS Kesehatan. 2015 saya kembali merasakan sakit yang teramat sangat pada jantung kiri saya, saya langsung dilarikan ke RSU Paramasidhi dan dilakukan serangkaian pemeriksaan, akhirnya dokter merujuk saya ke RSUP Sanglah untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan lanjutan. Sesuai dengan hasil pemeriksaan, pada akhirnya harus dilakukan dua kali pemasangan ring pada jantung dan harus tetap mengkonsumsi obat. Saya mendapatkan pelayanan sangat baik dengan menggunakan fasilitas dari program JKN-KIS yang diselenggarakan BPJS Kesehatan,” lanjutnya.
“Dari beberapa sakit yang saya alami sejak tahun 2009 hingga kini, jika diperkirakan biaya yang telah saya habiskan dari pelayanan kesehatan yang saya peroleh, bisa mencapai ratusan juta rupiah,” katanya.
Ia juga menceritakan pengalamannya saat opname di RSUP Sanglah. Salah satu pasien disebelahnya yang juga menderita sakit jantung, pemasangan ringnya juga harus tertunda karena biaya mahal dan tidak mengantongi BPJS Kesehatan.
Merasakan dampak positif itu, ia mengaku bangga menjadi peserta JKN-KIS dan mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah atas program yang telah digulirkan. “Saya berterima kasih kepada BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara program ini karena telah memberikan pelayanan dengan baik. Manfaatnya sudah saya rasakan. Saya mengimbau kepada masyarakat Indonesia harus menyisihkan uang untuk iuran BPJS Kesehatan karena program ini membantu saat sakit, sakit tidak pernah bisa kita prediksi kapan datangnya karena manusia tidak lepas dari penyakit. Disinilah letak gotong royong dari program JKN-KIS yang diselenggarakan BPJS Kesehatan. Yang sehat akan menjadi pahlawan bagi yang sakit,” tandasnya. (kmb/balipost)