NEGARA, BALIPOST.com – Salah satu seni sakral di Jembrana adalah Wayang Wong. Dari pendataan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, selain sekaa di Griya Penida di Banjar Anyar, Desa Batuagung, juga ada satu sekaa yang masih bertahan di Desa Perancak. Kesenian yang sudah berkembang sejak ratusan tahun itu, kini mulai mendapat perhatian dari Dinas terkait.

Selain dilakukan pendataan tentang obyek kesenian yang masih ada, juga dilakukan pembinaan. Permasalahan yang dihadapi para sekaa untuk tetap melestarikan selain kondisi tapel yang termakan usia, juga regenarasi penari. Hal tersebut terungkap saat pendataan dan pembinaan yang dilakukan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Kamis (28/9) di Griya Penida.

Pengelingsir  Griya Penida Ida Bagus Putra mengharapkan ada rekontruksi  terhadap  kesenian wayang  wong. Kesenian yang merupakan tetamian sejak 300 tahun ini bisa tetap terjaga. Sejumlah kendala kini mulai dihadapi karena tergerusnya waktu. Mulai dari regenerasi penari, juga kondisi tapel  yang sudah dimakan usia.

Baca juga:  Disbud Badung Minta Pecalang Lepas Lampu Rotator dan Sirene

Kabid Kebudayaan Propinsi Bali Ida Bagus  Rai bersama  Ketua Listibia Nyoman Astina mengatakan selain pendataan juga diberikan pembinaan kepada sekaa wayang wong Griya Penida di Desa Batuagung, Jembrana. Kesenian ini merupakan salah satu seni sakral. Pendataan  dilakukan secara langsung  untuk melihat subyek keseniannya termasuk tapel –tapel yang masih bertahan, sekaa gambel dan seniman tari. Selain seni Sakral, Dinas juga mengklasifikasi seni wali dan seni bebali.

Baca juga:  Tak Layak Operasional, Ambulance “Mercy” Canggih Dilelang

Dinas juga mendata tema dalam cerita yang dibawahan mengambil cerita Ramayana. “Walaupun sudah termasuk lawas, ini  merupakan kebanggaan karena  sekaa yang merupakan  kalangan  griya  bisa  mempertahankan warisan adiluhung  yang harus  dijaga  dan diletarikan,” terangnya.

Sementara  itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Budaya Jembrana,  Putu Sutardi  memaparkan bahwa kesenian  wayang wong  di Jembrana saat ini baru terdata  dua sekaa. Satu di Batuagung dan satu lagi di Perancak. Selain itu juga ada sejumlah kesenian yang tergolong Seni Sakral seperti Tari Sanghyang Jaran di Desa Pekutatan, Tari Baris Pati  di desa Nusasari, serta kesenian Leko di Kelurahan Pendem.

Listibiya Nyoman Astina, mengungkapkan pendataan kesenian  yang dilakukan ini untuk menklasifikasi seni sakral, wali, bebali termasuk kesenian bali-balian. Upaya ini untuk mempertegas pakem kesenian yang sudah ada. Pendataan kesenian ke daerah-daerah, juga bagian dari evaluasi kegiatan kesenian seperti  PKB, Nawanatya serta Mahalango. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *