NEGARA, BALIPOST.com – Warga Karangasem yang terdampak dengan adanya status awas Gunung Agung terus berdatangan mengungsi secara mandiri ke Jembrana. Ratusan pengungsi mandiri tersebut mencari kerabat dan keluarganya masing-masing untuk mendapatkan tempat tinggal.
Mereka memilih menumpang sementara di rumah kerabat atau keluarganya karena di tenda pengungsian kini semakin penuh sesak dan mereka ingin lebih nyaman khususnya terkait MCK. Dari data di BPBD Jembrana, hingga Kamis (28/9) jumlah pengungsi ke Jembrana sudah mencapai angka 400 orang lebih.
Namun angka ini masih belum sama dengan pendataan yang dilakukan oleh pihak kepolisian yang mencapai 500 orang lebih dan tersebar di lima kecamatan Jembrana. Karena data sejumlah tempat seperti di Cupel, Tuwed dan Lelateng serta Delod Berawah belum masuk.
Para pengungsi ke Jembrana sebagian besar masih usia produktif. Namun diantaranya juga ada lansia.
Untuk mengisi waktu selama mengungsi, sejumlah pengungsi di Dewasana, Pendem Jembrana yang masih produktif membantu kerabatnya berkebun dan beraktifitas lainnya di kebun. Sementara yang lansia mengisi waktu agar tidak jenuh dengan membuat porosan (sarana banten/sesajen).
Suami istri bernama I Nyoman Dlegdeg (85) dan Ni Nyoman Dlegdeg (80) yang ditemui di rumah kerabatnya Made Mawes di Dewasana, Pendem Jembrana tampak asik membuat porosan di bale-bale yang sederhana. “Biar tidak jenuh kami buat porosan agar bisa dijual dan agar tidak bengong juga,” kata Ni Nyoman Dlegdeg.
Dikatakan kalau di Karangasem biasanya dia nganggur karena sudah tua dan tidak mampu bekerja. “Anak yang kerja, jadi buruh, kalau kami biasanya diam saja di rumah,” katanya.
Hanya suaminya I Nyoman Dlegdeg yang kadang memelihara sapi kadasan dan sejak mengungsi dikembalikan pada pemilik sapi.
I Nyoman Dlegdeg, Kamis (28/9) matanya tampak merah dan bengkak dan diduga iritasi. “Sudah diobati obat tetes belum sembuh juga. Mau berobat tidak punya uang,” katanya.
Sementara itu Made Polos (80) bersama istrinya Ketut Polos, juga anaknya Wayan Polos beserta cucunya Luh Merta serta Made Sedana asal Badeg Kelodan, Desa Sebudi, Kecamatan Selat Karangasem mengungsi ke rumah kerabatnya Wayan Sedana di Dewasana, Pendem Jembrana.
Mereka juga membawa serta dua ekor anjingnya mengungsi karena kasihan jika ditinggal. Sedangkan ternak milik mereka sudah dijual murah.
Selama mengungsi mereka bekerja menjemur coklat. “Kalau kakek dan nenek sakit-sakitan dan tidak bisa lagi bekerja. Jadi saya yang bantu-bantu kerja,” kata Wayan Polos yang tidak pernah menikah.
Wayan Polos bekerja bersama Luh Merta dan Made Sedana untuk mengisi waktu luang selama ngungsi. Mereka berharap situasi ini segera berlalu dan kembali normal sehingga bisa segera kembali ke rumah di Karangasem. (kmb/balipost)