JAKARTA, BALIPOST.com – Kementerian Koperasi dan UKM terus mendorong masyarakat untuk berwirausaha dan memanfaatkan dana Wirausaha Pemula (WP). Untuk mendapat dana WP tersebut, calon wirausaha pemula wajib mengirimkan e-proposal bisnis ke www.pembiayaan.depkop.go.id dengan jumlah modal usaha paling besar diberikan Rp 35 juta.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan UKM, Prakoso BS mengatakan hal tersebut dalam acara dalam acara Pameran Kerajinan Nusantara Kriyanusa 2017, Jumat (29/9). Hadir sebagai pembicara adalah Lily Setiawati, seorang penerima dana WP yang sukses dengan usaha Batik Alamnya di Temanggung, Jateng.
Dalam kesempatan itu, Prakoso juga mendorong para wirausaha atau pelaku KUKM yang masih membutuhkan tambahan modal untuk mengakses pembiayaan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bunganya relatif sangat murah, yakni 9 persen per tahun. Dana tersebut dapat diakses di sejumlah bank penyalur yang ditunjuk pemerintah, seperti BRI, BNI, Bank Mandiri, dan sejumlah bank lainnya.
Selain KUR, lanjut Prakoso, Kementerian Koperasi dan UKM melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) juga menyiapkan pembiayaan dengan tingkat bunga ringan yaknu sebesar 4,5-6 persen pertahun. Pemerintah, kata dia, berkomitmen terus meningkatkan jumlah wirausaha di Tanah Air.
Untuk itu, Deputi SDM Kemenkop UKM sendiri telah melaksanakan program, diantaranya pengembangan kewirausahaan, peningkatan kualitas SDM KUMKM, pengembangan standarisasi dan sertifikasi SDM KUMKM, serta penguatan kapasitas pembina dan pendamping KUMKM. Melalui sejumlah kegiatan tersebut, kata Prakoso, telah terbukti mampu meningkatkan rasio wirausaha di Indonesia. Per akhir tahun 2016 rasio kewirausahaan telah mencapai 3,10 persen dari sebelumnya 1,67 persen.
Ditargetkan hingga akhir tahun ini bisa mencapai 4 persen. Ke depan, kata Prakoso, pihaknya akan terus menggenjot sejumlah pelatihan kewirausahaan dengan mengandeng pelatih yang profesional dan para penerima program WP yang telah sukses. “Misalnya, jika ada yang ingin belajar membatik, saya akan minta Bu Lily sebagai instrukturnya,” pungkasnya.
Sementara itu, Lily mengaku siap membantu pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasidan UKM. Ia menyatakan siap membantu melatih mayarakat yang ingin beruha batik, dari proses produksi hingga pemasarannya. Untuk pemasaran produk batik ini, kata Lily, perlu ditentukan terlebih dahulu pasar yang akan disasar. Misalnya mau yang captive market atau mau menciptakan pasar sendiri melalui media sosial atau internet, dan pameran-pameran baik di dalam maupun di luar negeri.
Lily sendiri adalah salah satu pemerima dana WP pada tahun 2015 yang kini telah sukses dengan usaha Batik Alam-nya. Sebelum mendapat WP dan pelatihan dari Kemenkop dan UKM, omzetnya baru sekitar 1,5 juta perbulan, tapi kini telah berkembang menjadi 10 juta rupiah per bulan. (Nikson/balipost)