JAKARTA, BALIPOST.com – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus melakoni strategi mendatangkan wisatawan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Kemenpar mengundang 10 pelaku industri pariwisata yang aktif di MICE itu, untuk mengikuti kegiatan IMEX 2017 yang merupakan event pameran MICE business to business (B2B) terbesar di benua Amerika yang dilaksanakan pada 10-12 Oktober 2017 di Sand Expo, Las Vegas, Amerika Serikat.
”Ini kami lakukan lagi karena pentingnya Industri MICE terhadap perekonomian suatu negara. Agar setiap negara ikut berlomba-lomba mendatangkan wisatawan bisnis (Business Traveler) untuk mengadakan meeting, pameran maupun perjalanan insentif di negara tersebut, demikian halnya Indonesia. Kita harus lakukan ini untuk Pariwisata Indonesia,” Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Mancanegara I Gde Pitana yang didamping Asisten Deputi Pengembangan pasar Eropa, Timur Tengah, Amerika dan Afrika Kemenpar, Nia Niscaya di Jakarta, Jumat (15/9).
Sementara itu, Nia mengatakan, wisatawan yang datang untuk tujuan MICE memiliki kelebihan dibanding wisatawan biasa, yaitu mereka umumnya adalah opinion leader yang berasal dari kalangan pengusaha, profesional maupun pemerintah yang melakukan kegiatan pada saat low-season.
”Data dari International congress and convention association (ICCA, red) menunjukkan bahwa: mereka datang dalam jumlah besar, dengan tingkat pengeluaran selama berada di destinasi tuan rumah kegiatan MICE adalah 7 kali lipat dari wisatawan biasa atau yang biasa dipanggil Leisure Traveler dan wisatawan MICE juga berpotensi untuk berkonversi menjadi wisatawan Leisure,” ujar wanita berhijab itu.
Wisatawan MICE umumnya diklasifikasikan menjadi ‘quality tourist’ yang cenderung tinggal lebih lama dan menghabisan uang lebih banyak dari wisatawan biasa. Sehingga pasar MICE sangat potensial sekali untuk digarap secara serius dan bersama-sama. Baik industri dan pemerintah harus kompak.
Nia menilai MICE juga sangat berdampak positif bagi unsur lain. Diantaranya adalah, imbuh Nia, naiknya citra destinasi karena wisatawan MICE pada umumnya adalah CEO perusahaan, kekuatan word-of-mouth dari mereka tentang destinasi akan memberi dampak yang lebih kuat dalam promosi.
”Hal tersebut telah disadari oleh banyak negara menyebabkan persaingan antar destinasi dalam mendatangakan even MICE internasional menjadi sangat tinggi,” ujar wanita yang besar di Malang itu.
Nia menambahkan, Kemenpar manargetkan pertumbuhan industri MICE sepuluh persen pada tahun 2019. Upaya tersebut sudah harus dimulai dari sekarang hingga tahun pencapaian. Kemenpar berharap dengan mengikuti pameran tersebut, membuat target Indonesia sebagai destinasi MICE terwujud.
Sekadar informasi, data International Congress and Convention Association (ICCA) 2014 menempatkan Indonesia di ranking ke-42 dunia dengan 76 meetings. Singapore di peringkat 29 dengan 142 meetings, Malaysia papan 30 dengan 133 meetings, dan Thailand no 33 dengan 118 meetings.
”Maka dari itu kita harus terus genjot salah satunya dengan mengikuti even IMEX di Las Vegas, dan Tentu saja kita mengedepankan dan mempromosikan 10 destinasi prioritas yang telah dicanangkan pemerintah yakni Bali-Bali baru,” ujar wanita kelahiran Bandung itu.
Menteri Pariwisata sangat sepakat untuk mempromosikan Wonderful Indonesia di Amerika Serikat. Terlebih Presiden Amerika Serikat ke-44 Barrack Obama belum lama mengunjungi destinasi-destinasi di Indonesia. Seperti Bali, Yogyakarta, Jakarta dan Bogor.
“Mr Obama adalah endorser yang kuat dan sukses mempromosikan. Sejauh ini, ketika dieksplorasi lebih dalam, napak tilas Obama selama di Indonesia itu sendiri sudah memiliki news value yang besar. Indirect Impact nya besar. Media valuenya besar, momen itu juga harus ditangkap untuk menjual paket napak tilas Obama,” tutur Arief Yahya. (kmb/balipost)