Pekerja sedang mengerjakan proyek Pasar Semarapura. (BP/sos)
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pengerjaan proyek pembangunan Pasar Semarapura dikhawatirkan tak tuntas sesuai target. Hal tersebut dikarenakan terjadinya kesulitan material menyusul situasi Gunung Agung tak kondusif. Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Klungkung, I Wayan Ardiasa, menyampaikan itu, Minggu (1/10).

Birokrat asal Jembrana ini menyebutkan sesuai kontrak, pembangunan pasar tersebut mulai 7 Agustus dan harus tuntas paling lambat 120 hari atau 7 Desember. Namun, sejak minggu ketiga September, pengerjaannya terkendala sulitnya mendapatkan material seperti pasir dan batu. “Sejak situasi gunung agung seperti ini, pembangunan terganggu. Untuk hari ini (kemarin-red) sudah ada pasokan pasir. Itu dapat dari Benoa (wilayah Denpasar, red). Tapi tidak tahu besok. Saya dengar galian di Karangasem akan ditutup total,” ujarnya.

Baca juga:  Makin Banyak, Kasus Positif COVID-19 yang Tidak Punya Riwayat ke Luar Bali

Sesuai hasil pantauannya, pengerjaan proyek bernilai Rp 5,5 miliar lebih itu baru memasuki tahap pemasangan besi cor. Beberapa waktu lalu, pelaksana sempat mengajukan usulan untuk amandemen kontrak supaya pembayaran bisa sesuai dengan tingkat pengerjaan. Akan tetapi, hal ini tidak langsung disetujui. Melainkan harus dikaji dan mendapat persetujuan dari bupati. “Memang ada beberapa ketentuan pada kontrak yang bisa disesuaikan dengan situasi. Tetapi itu tetap perlu kajian,” jelasnya.

Baca juga:  Dari Puluhan Ribu UKM di Gianyar, Baru 25 Kantongi HKI

Anggaran pembangunan pasar yang nantinya diperuntukkan pada pedagang kuliner dan hasil bumi ini bersumber dari tugas pembantuan (TP) pemerintah pusat. Jika itu tak tuntas tahun ini, untuk pengerjaan pada tahun selanjutnya akan sulit mendapatkan anggaran serupa. “Dana ini harus dipakai sampai pembangunan tuntas tahun ini,” sebutnya.

Atas dasar itu, Ardiasa tetap mendorong pelaksana proyek untuk bisa mengupayakan ketersediaan material. “Kami berharap ini bisa tuntas,” imbuhnya.

Baca juga:  Pendidikan Anak yang Utama Tetap Dipegang Orangtua

Sebelumnya, kesulitan mendapatkan material disampaikan pelaksana proyek Nengah Sudiartana. Jika pun ada, harganya melambung tajam. Pasir yang sebelumnya hanya kisaran Rp 1 juta per truk menjadi Rp 2,5 juta. Demikian juga dengan batu dari Rp 1,8 juta menjadi kisaran Rp 3 juta. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *