Ilustrasi. (BP/dok)
DENPASAR, BALIPOST.com – Hasil otopsi mayat Gede Sudiarta (SD) (31) alias Botak dilakukan Bagian/SMF Kedokteran Forensik RSUP Sanglah. Hasilnya, dari tanda kematiannya dimana lebam mayat tidak hilang pada penekanan mengindikasikan korban meninggal setelah 12-24 jam sebelum diperiksa. Pihaknya juga menemukan luka-luka akibat benda tajam pada kepala, siku, dan perut kiri bawah.

Kepala Bagian/SMF Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr. IB Putu Alit, Sp.F., menguraikan, dari gambaran lukanya setelah kita otopsi, luka terbuka pada perut kiri bawah yang merupakan luka tusuk, itu yang menyebabkan kematian. Karena mengenai pembuluh darah besar dalam perut sehingga menimbulkan perdarahan yang banyak,” terang dokter asal Karangasem itu.

Baca juga:  Ditangkap di THM, Oknum Polisi Ditempatkan di Patsus dan Terancam Pecat

Dari hasil otopsi yang dilakukan juga diketahui, pelaku penusukan adalah satu orang. Selain itu, senjata yang digunakan juga satu buah. “Senjata yang digunakan bermata dua. Artinya bisa berupa pisau atau bisa pisau panjang karena lukanya panjang,” ungkapnya. Senjata yang diduga panjang tersebut menusuk perut korban hingga kedalaman 10 cm.

Sementara luka terbuka pada kepala tapi luka tersebut tidak menembus kulit kepala karena berupa luka iris. Tidak ditemukan tanda perlawanan yang dilakukan korban. Di samping itu, ia juga mencium bau etanol (alkohol).

Baca juga:  Evaluasi Program JPS di Buleleng, Ada Ratusan Penerima Ganda

Sementara adik kandung korban, Ketut Sudarsana (26) menuturkan, kakaknya tidak pernah terlibat masalah dengan orang. Memang ia tidak tinggal di Buleleng, karena ia bekerja di Dalung, Denpasar. Namun ia tahu persis kakaknya senang bergaul dan banyak memiliki teman. “Saya dengar kabar dari teman kakak, katanya ditusuk. Saya kaget dan langsung pulang kampung,” tuturnya.

Saat korban dirawat di rumah sakit pun, teman-teman banyak mengunjunginya. Korban terkenal hingga ke desa sebelahnya.

Dari empat  bersaudara,  korban merupakan anak kedua. Di lingkungan rumah korban disegani bahkan menjadi pecalang desa. Korban sehari-hari bekerja di Dinas Perhubungan bagian parkir. “Mungkin ada kecemburuan sosial dari orang-orang di sekitarnya,” tutur yang juga ditemani istri korban, Desak.

Baca juga:  Mulai Turun, Tambahan Kasus COVID-19 Bali Ada di Bawah 125 Kasus

Firasat buruk kepergian kakaknya sempat dialami. Merasakan tubuh meriang tiba-tiba ia alami padahal sebelumnya ia baik-baik saja. Korban yang meninggalkan dua anak berusia 10 tahun dan 5 tahun itu rencananya usai otopsi akan langsung dipulangkan ke kampung. Keesokan harinya akan dikubur. “Anaknya yang cewek kelas 4 SD sudah tahu kondisi bapaknya. Tapi yang kecil, laki-laki belum paham,” tuturnya. (citta maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *