Magma
Gunung Agung. (BP/dok)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Gunung Agung masih berada pada level awas. Itu artinya ancaman bencana erupsi Gunung Agung semakin nyata.

Daripada panik, bingung dan cemas menghadapi ini, alangkah baiknya dari sekarang mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan terburuk.

Apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan? Berikut ini tips dari Wisnu Wijaya, Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB.

Bencana erupsi gunung api berbeda dengan jenis bencana alam lainnya, baik gempa gumi ataupun tsunami. Sebelum terjadi letusan, warga di daerah terdampak punya banyak waktu untuk mengenali potensi bahaya dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Wisnu Wijaya mengatakan mempelajari apa saja potensi ancaman bencana erupsi Gunung Agung dan mempersiapkan diri menghadapinya, jauh lebih penting dari pada terbawa rasa bingung dan cemas. Sebab, tidak ada yang bisa mencegah Gunung Agung meletus.

Tidak ada pula yang bisa memprediksi kapan Gunung Agung akan meletus. “Oleh karena itu, sebaiknya sekarang fokus persiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk ancaman bencana itu. Kalau kita siap, bencana erupsi gunung api itu tak seseram yang dibayangkan,” kata Wisnu Wijaya.

Hal pertama yang harus dilakukan, warga harus mengenali ancaman bahaya apa saja, bila terjadi erupsi Gunung Agung. Potensi bahaya itu, misalnya dampak gempa bumi, hujan abu vulkanik dan pasir, awan panas, lontaran batu pijar, lahar dingin hingga lelehan larva di lembah-lembah. Potensi bahaya ini, sifatnya bagaimana dan daerah mana yang berpotensi terdampak sudah dipetakan.

Baca juga:  Program Infrastruktur dan Budaya Bali Gubernur Koster Diapresiasi Dubes Inggris

Maka, tugas warga adalah memahami apa yang sudah dipetakan itu. Apakah harus mengungsi atau tidak.

Kedua, langkah antisipasi. Sejak ditetapkan Gunung Agung level awas, warga di daerah terdampak di zona awas sudah diminta mengungsi. Ada pula yang dievakuasi pemerintah. Sementara warga di zona aman, diminta meningkatkan kewaspadaan.

Wisnu Wijaya menegaskan, bagi perorangan peralatan yang harus disiapkan adalah masker standar seperti masker N95, pengaman kepala, senter dan kacamata. Sedangkan, persiapan di dalam keluarga, persiapkan dari sekarang kain-kain untuk menutup ventilasi rumah agar saat hujan abu, abunya tak masuk ke dalam rumah.

Cek bagian atap rumah, apakah ada dimakan rayap, keropos atau tidak. Ini untuk memastikan resiko atap jebol, kalau nanti terjadi hujan abu dan memenuhi bagian atap. “Sudah banyak korban meninggal, akibat atap rumahnya jebol lantaran tertimbun abu cukup tebal. Kalau bentuk atapnya miring, tentu akan lebih aman. Tetapi, kalau atapnya seperti kanopi, ini tentu berbahaya,” tegasnya.

Khusus masker, perlengkapan ini paling vital untuk menjaga kesehatan dari bahaya abu vulkanik. Sebab, bila abu vulkanik terhirup, debu vulkanik ini akan sangat berbahaya bagi paru-paru.

Penelitian menggunakan mikroskop, abu vulkanik ini seperti pecahan kaca. Maka, bisa dibayangkan, bila sampai terhirup dan mengendap di dalam tubuh. Sediakan pula air dan kain. Sebab, ini akan sangat berguna dalam situasi terdesak. Ketika tak lagi punya masker, kain itu bisa dibasahi dengan air dan tempelkan di hidung. Fungsinya akan sama seperti masker, sehingga abu vulkanik tak terhirup.

Baca juga:  Diperiksa Sampai Malam, Ini Pengakuan Panitia HUT Komunitas Motor Soal Langgar Prokes

Tidak hanya membahayakan kesehatan, dari sebuah letusan gunung, rupanya abu vulkanik dan hujan pasir ini juga kerap menimbulkan korban jiwa cukup banyak, karena memicu kecelakaan di jalan. Sebab, saat warga panik, mereka tidak memperhatikan kondisi di jalan. Saat berada di jalan, yang harus diperhatikan adalah hujan pasir dan abu vulkanik membuat jalanan menjadi licin.

Dahan-dahan pohon perindang di jalan raya pun tiba-tiba roboh akan sangat berbahaya dalam situasi panik. “Kalau orang panik, buru-buru naik motor ke luar rumah, apalagi malam-malam, maka berpotensi terjadi kecelakaan. Banyak juga yang masuk ke jurang seperti kejadian di Jogja dan akhirnya meninggal,” ujarnya.

Kalau punya mobil, langkah antisipasi juga sangat diperlukan. Jangan sampai mobil dan kendaraan bermotor lainnya kena abu vulkanik, karena akan membuat bodi dan mesin lebih cepat karatan.

Jangan pula memaksakan gunakan wiper mobil. Bila itu dilakukan dalam situasi hujan abu, ini akan merusak kaca mobil. Sebaiknya siapkan air minum di dalam mobil. Siapa tahu nanti saat terjadi letusan, terjebak di dalam mobil, air itu akan sangat bermanfaat.

Baca juga:  Tari Sanghyang Jaran, Taksu Desa Jungutbatu Dihantui Kepunahan

Jika terperangkap di dalam rumah saat terjadi letusan atau jika petugas yang berwenang telah memerintahkan penghuni untuk berlindung di tempat, maka segera langkah beberapa langkah pencegahan. Segera tutup semua jendela, pintu dan sumber ventilasi, seperti ventilasi cerobong asap atau tungku.

Matikan AC dan sistem pemanas dan pindah ke ruang interior tanpa jendela yang berada di atas permukaan tanah. Untuk melindungi diri dari jatuhan abu vulkanik, tetaplah di dalam rumah dan tempatkan handuk lembab di antara pintu dan tanah. Jika memutuskan pergi ke luar, kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, kenakan masker sekali pakai dan kenakan kacamata.

Abu vulkanik sangat berbahaya bagi mereka yang menderita penyakit pernafasan, juga anak-anak dan lansia. Jadi keputusan terbaik adalah tetap berada di dalam rumah. Setelah letusan, warga harus menghindari mengemudi pada daerah dengan hujan abu vulkanik lebat.

Jika sangat perlu, maka harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Segera bersihkan abu dari atap rumah, karena abu yang berat dapat menyebabkan bangunan runtuh. Jangan bersihkan abu dengan air, sebab itu akan membuat abu mengeras seperti semen. Setelah memastikan diri sendiri aman, ulurkanlah bantuan menjangkau teman dan tetangga, terutama mereka yang memerlukan bantuan khusus. Sikap demikian akan sangat mengurangi potensi jatuhnya korban jiwa. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *