Kadek Dauh. (BP/sos)
SEMARAPURA, BALIPOST.com – Warga Karangasem telah banyak mengungsi ke Kabupaten Klungkung. Situasi Gunung Agung yang tak kondusif mengharuskan itu terjadi.

Hampir dua minggu mengungsi, keinginan untuk kembali menapaki kampung halaman sudah pasti sangat besar. Terlebih hidup di pengungsian tidak lah senyaman hidup di rumah sendiri.

Selain harus tinggal beramai-ramai, cuaca yang tidak menentu juga menjadikan hidup di pengungsian sangat tak nyaman.

Kondisi ini pun dialami warga Desa Telung Bhuana, Kecamatan Selat, Kadek Dauh (70). Lansia yang kulitnya telah keriput dan rambutnya memutih ini nampak diam sambil mengawasi warga dan relawan yang sibuk berlalu-lalang, Senin (2/10). Sesekali ia menyapa warga dari desa yang sama.

Baca juga:  Bali Masih Laporkan Kasus COVID-19 Baru 3 Digit, Korban Jiwa dari 2 Kabupaten

Ditemui saat itu, lansia yang mengungsi bersama keponakannya ini tak merasa canggung. Senyum lebar masih melekat pada wajahnya. Sekilas, tak ada beban yang dirasakan.

Dengan obrolan santai, ia menceritakan hidupnya beberapa hari di pengungsian. Sebuah tempat yang tak pernah dipikirkan sebelumnya. Suasana awal dirasa begitu berbeda. Tak banyak orang yang dikenal.

Tak banyak pula aktivitas yang dilakukan. Hanya tidur dan makan. Berbeda dengan saat di rumah. Harus membanting tulang demi sesuap nasi.

Baca juga:  Pecaruan Karipubaya Menawa Gempang di Puspem Badung

Meski urusan makan ditanggung pemerintah, rupanya keinginan untuk bisa menapaki kampung halaman sangat besar. Ia teringat dengan puluhan ayamnya yang tak ada memberikan makan. “Ingin sekali pulang. Ayam tidak ada yang ngasi pakan,” tuturnya.

Namun, hal yang sangat diharapkan itu harus dikubur dalam-dalam di relung hatinya. Status Gunung Agung yang masih berada di level awas, ditambah tempat tinggalnya masuk kawasan rawan bencana (KRB), membuatnya diliputi rasa takut. “Gempa sering. Jadi takut,” imbuhnya.

Baca juga:  Masih Ada Ortu Tolak Anaknya Divaksin JE

Selain Dauh, keinginan untuk pulang juga dirasakan warga Desa/Kecamatan Selat, Made Sudiarma. Ia ingin kembali bisa bekerja layaknya seperti dulu. Ingin pula merasakan sibuknya bertani, menanam palawija untuk bekal hidup. “Sejak disini, tidak dapat penghasilan apa-apa. Pikiran juga sumpek,” ucapnya.

Ia yang mengungsi bersama keluarganya berharap situasi ini tak berlangsung lama. Semuanya bisa segera berakhir. “Kalau situasi seperti ini, saya bingung. Gunung akan meletus atau tidak. Mudah-mudahan segera bisa kondusif. Sudah ingin sekali pulang,” tandasnya. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *