vulkanik
Gunung Agung. (BP/dok)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Status Gunung Agung sampai 3 Oktober masih tetap dalam level awas. Untuk mengindikasi  menurunkan status itu, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta menunggu perkembangan gunung terbesar di Bali itu hingga sepekan kedepan.

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG/BG ESDM I Gede Suartika, mengatakan sampai sekarang ini Gunung Agung masih level awas dan belum terjadi erupsi. Sebab, gempa-gempa yang masih cukup tinggi. Bahkan jumlah gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkal dan tektonik lokal masih tinggi. Karena per Senin kegempaan yang terjadi mendekati 900-an gempa. Sementara secara visual kepulan asap dari kawah masih terus terlihat. “Tinggi kepulan asap masih kisaran 200-500 meteran,” katanya.

Baca juga:  Ratusan Warga Mengungsi di Sejumlah Titik di Rendang

Suartika menambahkan, melihat intensitas gempa yang terjadi masih cukup tinggi, pihaknya masih akan terus mengumpulkan data-data, terkait kegempaaanya seperti apa. Karena sampai saat ini kondisi Gunung Agung masih tetap dalam kondisi kritis. Untuk penurunan status kita akan lihat sepekan kedepan apakah ada penurunan atau tidak. Kalau ada penurunan gempa, pihaknya akan melakukan evaluasi.

“Kalau memang kegempaan terus menurun kemungkinan akan dilakukan penurunan status. Yang jelas kita lihat dalu sampai sepekan kedepan bagaimana perkambangan yang terjadi,” katanya.

Baca juga:  Gunung Agung Kembali Erupsi, Hujan Abu Mengarah ke Timur 

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Devy Kamil Syahbana, menjelaskan, gempa-gempa yang terjadi masih sangat tinggi yang mengindikasikan masih adanya pergerakan magma di dalam kawah yang ingin menerobos kepermukaan. “Sampai saat belum ada indikasi penurunan status. Gunung Agung masih awas,” katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, untuk penurunan status pihaknya tidak hanya melihat faktor kegempaan saja, akan tetapi pihaknya melihat dari berbagai aspek. Pertama pihaknya melihat dari seismograf yang mengetahui kegempaan, Tilmeter alat pengukur jarak miring ketika gunung mengalami kembang dan kempis. Karena sampai saat ini kecenderungan gunung masih mengembang.

Baca juga:  Kenali Bahaya Erupsi Gunung Agung, Ini Tips Menghadapinya

“Selain itu kita juga melakukan pantauan dari satelit. Satelit ini dapat dilihat ketika ada perubahan wujud kawah. Kalau saat normal tidak ada rekahan-rekahan dan tidak asap. Tapi sekarang ini ada. Artinya gempa-gempa yang terjadi selama ini sudah berubah wajah kawah Gunung Agung. Kita juga melihat temperatur kawah berubah sangat signifikan,” jelas Devy Syahbana. (eka prananda/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *