AMLAPURA, BALIPOST.com – I Ketut Mudri (80) pengungsi asal Banjar Batumadeg, Desa Besakih, Rendang, Karangasem, Selasa (3/10) meninggal di Rumah Sakit Umum (RSU) Klungkung. Mudri menghembuskan nafas terakhir sehari setelah melakukan cuci darah.

Jenasah sudah diantar langsung ke Setra Kawan Desa Adat di Besakih memakai mobil ambulans RSU Klungkung dan jenazah langsung dikubur. Putra kelimanya,  I Nyoman Sudarta, Rabu (4/10), mengungkapkan sebelum dirujuk ke RSU Klungkung, ayahnya lebih dulu di rawat inap di Puskesmas Rendang.

Hanya saja, karena dokter di puskesmas semuanya ikut mengungsi, akhirnya pihak keluarga memilih membawa ayahnya ke RSU Klungkung. Di pengungsian ayahnya terdaftar mengungsi di Banjar Saren Kaler, Desa Nongan, Rendang. “Beliau dirawat di Puskesmas Rendang sekitar tiga harian. Karena tidak ada dokter dan kami disuruh mengurus sendiri, akhirnya kami memutuskan merujuk ke RSU Klungkung agar mendapat perawatan yang lebih intensif,” ungkap Sudarta sambil berlinang air mata.

Baca juga:  Derita Kanker Paru, Pekak Jegog Berpulang

Sudarta menjelaskan, setelah dilarikan ke RSU Klungkung dan mendapat perawatan dari dokter, ayahnya didiagnosa mengidap penyakit komplikasi jantung, gagal ginjal, paru-paru dan kanker pada saluran kencing. Menurut dia, karena penyakit komplikasi itu, dari pihak dokter menyarankan pihak keluarga untuk melakukan cuci darah.

Setelah dirembugkan dengan keluarga besar, akhirnya pihak memutuskan untuk melakukan cuci darah tersebut. “Selain persetujuan dari keluarga, beliau sendiri juga sangat antusias dan semangat sekaki untuk melakukan cuci darah itu demi kesembuhan. Karena itulah kami putuskan untuk melakukan cuci darah. Namun tuhan berkehendak lain. Sehari pascadilakukannnya cuci darah, sekitar pukul 15.00 Wita beliau meninggal,” katanya.

Baca juga:  Longsor di Desa Ban, Dua Meninggal dan Belasan Luka-luka

Dia mengatakan, sebelum ayahnya pergi untuk selama-lamanya dirinya tidak merasakan firasat apapun. Hanya saja, beliau terus meminta untuk pulang kerumah. “Beliau hanya minta pulang kerumah saja. Kalau firasat memang tidak ada. Sekarang pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian beliau,” terangnya.

Lebih lanjut dikatakannya, pihaknya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak rumah sakit. Sebab, selama di rawat di rumah sakit pihak dokter memberikan pelayanan maksimal terhadap ayahnya.

Baca juga:  Pengurus 2017-2022 Dilantik, WHDI Diharapkan Terus Berpartisipasi Membangun Daerah

Termasuk pada Pemkab Klungkung. Karena biaya selama dirawat di rumah sakit semuanya gratis. “Semuanya gratis. Termasuk obat, cuci darah dan ambulans yang membawa jenasah beliau juga tidak bayar. Kami hanya bayar penitipan jenazah saja,” ucap Sudarta. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *