BANGLI, BALIPOST.com – Persediaan logistik, khususnya lauk pauk untuk para pengungsi Gunung Agung di Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Gunung Agung di Kabupaten Bangli menipis. Koordinator Bidang Logistik Nengah Sukarta, Rabu (4/10) mengatakan persediaan lauk pauk yang ada di gudang Posko saat ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pengungsi selama dua hari ke depan.
Sukarta menjelaskan saat ini persediaan beras untuk pengungsi Gunung Agung di Bangli masih relatif aman yakni sebanyak 22,5 ton. Selain itu, posko di Bangli juga masih memiliki persediaan cadangan beras pemerintah (CBP) 100 ton.
Per harinya kebutuhan beras untuk 6 ribu pengungsi sebanyak 2,4 ton. “Untuk persediaan beras tidak masalah. Yang masih belum aman persediaan lauk pauknya,” kata Sukarta seizin Komando Posko Penanganan Darurat Bencana Gunung Agung di Kabupaten Bangli Letkol Inf. S.L Manurung.
Dia membeberkan, per Rabu, persediaan logistik khususnya lauk yang dimiliki Posko Penanganan Darurat Bencana sangat minim. Telur yang menjadi lauk utama selama ini misalnya, masih tersisa sekitar 26 krat. Padahal kebutuhan per hari lebih dari itu. “Persediaan lauk di Posko sangat minim. Untuk saat ini persediaannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pengungsi dua hari ke depan,” ujarnya.
Sukarta menambahkan untuk memenuhi kebutuhan lauk tersebut pihaknya sudah memesan ke pos induk Penanganan Bencana Gunung Agung di Tanah Ampo, Karangasem. Pemesanan rutin dilakukan setiap dua hari sekali. Meski rutin, namun pihaknya masih tetap membutuhkan bantuan lauk dari donatur mengingat jumlah pengungsi yang selalu berubah-ubah. “Kami butuh bantuan lauk untuk cadangan. Selama ini kami tidak punya cadangan untuk kebutuhan selama seminggu,” terangnya.
Selain telur, pihaknya sangat berharap jenis lauk yang bisa dibantu oleh donatur ke Posko Penanganan Darurat yakni berupa ikan asin dan makanan instan, seperti mie.
Dikatakan juga bahwa selama ini penyaluran logistik ke pengungsi dilakukan dengan dua cara yakni menyalurkan beras dan lauk mentah ke pos pengungsian permanen yang ada di wantilan, balai desa atau bale banjar untuk dimasak di pos pengungsian masing-masing. Yang kedua dengan cara menyalurkan makanan yang sudah siap makan ke pengungsi.
Untuk menyiapkan makanan dalam bentuk nasi bungkus proses memasaknya dilakukan di dapur umum yang ada di posko utama di Kelurahan Kubu. Per hari, pengungsi dilayani kebutuhan makannya sebanyak tiga kali. “Untuk sekarang ini kita masak sekitar 150-an bungkus per hari. Mereka yang kita berikan nasi bungkus adalah pengungsi yang baru datang atau sedang bergeser,” jelasnya. (Dayu Swasrina/balipost)