GIANYAR, BALIPOST.com – Jajaran Pemkab Gianyar yang menggelar ritual yasa kerti peneduh jagat dalam upaya memohon doa untuk keseimbangan alam, khususnya terkait aktivitas Gunung Agung yang sejak dua minggu terakhir memberikan tanda-tanda akan meletus. Persembahyangan bersama yang dihadiri Wakil Bupati Gianyar Made Mahayastra itu melibatkan seluruh pimpinan OPD, unsur Perbekel dan masyarakat Kabupaten Gianyar berlangsung di Pura Pusering Jagat Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, tepat saat Wrespati Purnamaning Kapat, Kamis (5/10).
Wakil Bupati Gianyar, Made Mahayastra ditemui usai sembahyang bersama mengatakan, situasi Gunung Agung saat ini perlahan mulai menurun intensitasnya, kendati status masih tetap dalam level awas. Pihaknya berharap, agar aktivitas Gunung Agung tidak membawa hambatan yang begitu besar.
Tentu sudah sangat banyak kerugian material dari masyarakat sekitar gunung, dan sekitarnya. ”Tiga minggu terakhir ini cukup meresahkan. Semoga Gunung Agung tidak jadi meletus, kalaupun Ida pacang memargi, supaya jangan sampai menimbulkan malapetaka luar biasa bagi Bali. Mudah-mudahan melalui doa seluruh masyarakat, Bali tetap terlindungi secara skala niskala dan kedamaian selalu menyertai kita,” harap politisi yang dua kali menjabat Ketua DPRD Gianyar ini.
Sementara Yajamana Karya Ida Pedanda Wayahan Bun menuturkan, yasa kerti peneduh jagat bermaksud untuk memohon kepada yang maha kuasa di jagat dewata ini agar Gunung Agung yang maha suci tersebut urung meletus, sehingga jagat Bali dianugrahi Jagaditha dan Ayuwerdi. “Dalam lontar Roga Sanggara Bumi disebutkan, penyebab rusaknya jagat ini karena Sang Hyang Anantaboga yang bersemayam di perut bumi sedang kepanasan, sehingga masyarakat menjadi kacau balau, maka wajiblah sang raja mohon keselamatan hidup bertempat di pura pamuspan sang raja,” kata Pedanda.
Kepala Bagian Kesra Kabupaten Gianyar Ngakan Ketut Jati Ambarsika mengatakan, dalam upacara peneduh jagat ini, Pemda beserta masyarakat menghaturkan sarana bendu piduka, dirgayusa bumi, pemereman, sorwan guling bebangkit dan caru nawa gempang, tujuannya agar Bali tidak gempung (kelabu). Upacara juga menggelar ilen-ilen tari sakral topeng, rejang renteng dari PKK Kabupaten Gianyar dan PKK desa Pejeng, Baris Gede dari Desa Sawegunung. “Upacara ini ketiga kalinya digelar, sebelumnya saat Tsunami Aceh, Wabah Demam Berdarah, dan Letusan Gunung Sinabung,” kata dia. (adv/balipost)