JAKARTA, BALIPOST.com – Keindahan Kawah Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur terpampang di laman New York Post. Edisi online media cetak yang telah eksis sejak 1801 itu memajang 14 foto tentang keindahan Kawah Ijen.

Pada pengujung September lalu, laman New York Post menyajikan foto-foto Kawah Ijen dengan judul Mining The Devil’s Gold. Mining berarti menambang, sedangkan devil’s gold adalah frasa untuk menggantikan kata belerang. (http://nypost.com/2017/09/29/mining-the-devils-gold/#1)

Ke-14 foto itu merupakan karya Claudio Sieber. Fotografer yang bermukim di Swiss itu sudah kondang lantaran hasil jepretannya sering menjadi langganan National Geographic.

Baca juga:  CHSE Ready, Mahasiswa Prodi Destinasi Pariwisata PPB Lakukan DFR di Labuan Bajo

Rangkaian foto Kawah Ijen di laman New York Post dibuka dengan danau kawah yang berasap akibat sulfur. “Kawah Ijen di Indonesia, salah satu danau kawah asam sulfat terbesar di dunia,” tulis New York Post.

Ada pula foto para penambang yang sedang menaikkan belerang ke atas truk. Setidaknya dibutuhkan waktu hingga tiga jam jalan kaki untuk membawa belerang dari kawah hingga bawah.

Bagi wisatawan yang hendak naik ke Kawah Ijen, kini juga ada jasa untuk menggunakan gerobak. Warga setempat lantas menarik gerobak yang ditunggangi wisatawan hingga puncak.

Baca juga:  CEO Message #39 GenPI: Generasi Zaman Now

Dalam rangkaian foto itu juga ada gambaran tentang pembentukan belerang. Ada api berwarna biru akibat suhu tinggi yang membentuk belerang.

Ada pula foto-foto para penambang yang membawa keranjang bambu berisi belerang. Warna dan kontras dalam foto-foto itu pun menghadirkan keindahan tersendiri.

Menpar Arief Yahya yang sudah kerap naik ke Puncak Ijen pun menjelaskan bahwa keistimewaan Ijen ada di bluefire atau api biru itu. Di seluruh dunia, hanya ada dua, Banyuwangi dan Iceland. “Anda bisa melihat api biru itu seperti ketel raksasa, sekitar jam 2-3 pagi,” jelas Arief Yahya.

Baca juga:  Bill Gates Dukung Program Transformasi Kesehatan Berbasis Digital Indonesia

Jalan kaki naik, sekitar 2,8 km, dan bisa ditempuh dalam waktu 2-3 jam. Jalurnya cukup aman, lebar, dan rapi. Ada shelter, warung minum di tengah-tengah menuju ke puncak. “Nah, yang menarik semua orang bisa sampai ke puncak, dengan ojek dorong manusia itu,” katanya.

Pengangkut batu belerang warna kuning, yang biasa mendorong 200-300 kg, dan mengangkat 70-100 kg itu diberdayakan mengangkut orang. Sudah terbiasa naik turun, dengan “gledekan”. Mereka menyediakan jasa angkut wisatawan sampai ke atas puncak Ijen. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *