Pada saat Nyepi, polisi akan tetap berjaga di Pelabuhan Padangbai, Karangasem. (BP/dok)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Berbagai upaya terus dilakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk erupsi Gunung Agung. Salah satu yang cukup vital, adalah mempersiapkan jalur-jalur evakuasi, khususnya jalur yang kemungkinan terputus dan butuh evakuasi.

Polisi mulai mempersiapkan jalur evakuasi melalui laut, Jumat (6/10), bekerja sama dengan para pemilik fastboat, sehingga proses evakuasi itu nantinya berjalan cepat dan lancar.

Kepala BNPB Willem Rampangilei, menegaskan akan memanfaatkan Pelabuhan Padangbai untuk jalur evakuasi. Sudah ada 32 kapal yang siaga di pelabuhan setempat, bila mana situasi terburuk terjadi. “Cuma masalahnya, kalau kapalnya semua dimanfaatkan evakuasi, penyeberangan biasa ke jalur resmi bisa berjalan apa tidak?” katanya.

Dari Pelabuhan Padangbai, wisatawan akan dievakuasi ke Surabaya, kemudian naik pesawat di sana melalui beberapa bandara setempat. “Kalau erupsi terjadi, mudah-mudahan dampaknya tak sampai ke Surabaya,” imbuh Willem.

Baca juga:  KTT G20 Jadi Jembatan Emas Jaga Stabilitas Keamanan dan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Sementara itu, Kasat Polair Polres Karangasem, AKP I Made Wartama, mengatakan jalur laut yang digunakan sebagai titik evakuasi, yakni wilayah Pantai Belubuh Desa Seraya Tengah dan Pantai Amed/Jemeluk Abang. Ini dipersiapkan, untuk antisipasi, apabila terjadi erupsi dan memutus jalur darat di Perasi dan Bugbug.

Kasat Polair sebagai Kasbubsatgas II SAR Polair menemui satu per satu nahkoda fast boat di Pelabuhan Rakyat Padangbai. “Kami mengajak mereka agar bersama-sama memiliki misi kemanusiaan, mau membantu evakuasi melalui jalur laut dalam rangka antisipasi situasi darurat Bencana erupsi Gunung Agung,” kata Wartama.

Baca juga:  Kadek Asdi Terbang ke Vietnam Akhir April

Evakuasi melalui jalur laut, menjadi titik langkah paling akhir untuk membantu evaluasi warga. Khususnya yang terisolasi jika terjadi erupsi Gunung Agung dan tidak bisa melewati jalur darat.

Salah satu nakkoda fast boat Blue Water Express I Made Suta (47), menyambut baik rencana melibatkan para pemilik fastboat ini. Dia sendiri menegaskan, sanggup membantu bila mana diperlukan melakukan tugas kemanusiaan guna evakuasi masyarakat, jika nanti Gunung Agung erupsi dan tidak bisa melakukan evakuasi melaui jalur darat. “Boat saya bisa dikerahkan,” kata Suta diiyakan pemilik fastboat lainnya.

Komandan Satgas Siaga Bencana, Letkol Inf. Fierman Sjafirial Agustus mengatakan, salah satu titik pengungsian terpadat ada di Kecamatan Abang yang dipusatkan di Lapangan Gajah Wea. Titik pengungsian ini menampung pengungsi dari sepuluh desa di Kecamatan Abang dan Bebandem.

Baca juga:  Indonesia Fokus Siapkan Generasi Milenial Tanggap Teknologi

Desa-desa itu, antara lain Desa Budakeling, Ababi, Abang, Nawa Kerti, Kesimpar, Tista, Pidpid, Datah, Labasari dan Culik. Tempat pengungsian ini menampung ribuan pengungsi karena daerahnya cukup luas.

Dandim menegaskan, bila terjadi erupsi Gunung Agung, maka jalur antara pusat Pos Komando Tanah Ampo tempat pusat pengungsian di Lapangan Gajah Wea akan terputus. Sebab, bila terjadi erupsi, jalur Kota Amlapura diperkirakan akan tersapu lahar, karena masuk zona merah. Dalam situasi kemungkinan terburuk itu, maka diperlukan jalur pengalihan pengungsi. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *