TABANAN, BALIPOST.com – Tahun 2016 lalu, Tabanan mendapatkan jatah 15 paket pembangunan embung pertanian. Dari 15 paket tersebut 13 paket teralisasi dan dua paket dikembalikan kepada pemerintah. Alasan dua paket ini dikembalikan dan tidak terealisasi dikarenakan subak merasa tidak mampu melakukan pembangunan embung melihat kondisi geografis dari subak tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Nyoman Budana, Selasa (10/10) mengatakan tidak semua persawahan di Tabanan mendapatkan air secara cukup sepanjang tahun sehingga tidak bisa menanam padi sebanyak dua kali. Meski ada sumber air, namun karena kondisi geografis maupun musim kemarau menyebabkan musim tanam dibeberapa subak hanya bisa dilakukan saat musim hujan.
Untuk itu, subak yang memiliki sumber air tetapi kesulitan mendapatkan air, meminta bantuan pendanaan dari pusat untuk membangun embung pertanian. Pada tahun 2015 Tabanan mendapatkan 26 paket pembangunan embung pertanian. Sementara untuk 2016 mendapatkan 15 paket pembanguan embung pertanian yang terealisasi 13 paket. Untuk 2017, Tabanan mendapatkan empat paket embung pertanian yaitu di subak Pama desa Tua Marga, subak Pasakan Tp Bangan Desa Luwus Baturiti, subak Tingkih Kerep Desa Tengkudak Penebel dan subak Tuka Tempek Pekarangan desa Perean Tengah Baturiti.
Bantuan paket tahun 2017 berupa uang dengan besaran masing-masing Rp 100 juta. “Pengerjaan sedang berlangsung. Bahkan di subak Tingkih Kerep sudah selesai pembangunannya,” ujar Budana.
Dengan adanya embung pertanian ini diharapkan petani bisa menanam lebih sering yaitu dua kali padi dan satu kali palawija. Dengan bertambahnya masa tanam ini, tujuan pemkab Tabanan untuk meningkatkan jumlah luas tanam bisa tercapai. (Wira Sanjiwani/balipost)