MANGUPURA, BALIPOST.com – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mengutama, Badung telah menyikapi adanya kebocoran. Berdasarkan data, tingkat kebocoran air bersih akibat rusaknya pipa mencapai 36 persen.
Tingginya angka kebocoran akibat water meter banyak yang belum diganti, kemudian masifnya pembangunan menggunakan box culvert di ruas-ruas jalan di Badung dan masih maraknya kasus pencurian air.
Direksi perusahaan plat merah itu pun telah mengambil langkah dengan melakukan peremajaan water meter lawas dengan water meter baru. Penggantian water meter ini tengah dalam proses tender di Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Badung. Nilainya sesuai tertera di LPSE mencapai Rp 1,6 miliar. Penggantian warter meter khusus untuk warter meter di atas 5 tahun.
Dirut PDAM Tirta Manguatama Ketut Golak, mengatakan penggantian water meter adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan kebocoran air. “Ini juga tentu sebagai langkah kami dalam perbaikan pelayanan kepada pelanggan,” ujar Ketut Golak, Rabu (11/10).
Menuruntya, pihaknya juga membentuk tim penaggulaan kehilangan air. Tim ini bertugas mendata akurasi angka produksi, sehingga data produksi air lebih akurat. “Kami juga terus menjalin koordinasi dengan instansi terkait untuk pembangunan jaringan atau utilitas perpipaan PDAM,” kata mantan Dirut PD Pasar Badung ini.
Lebih jauh diterangkan, PDAM telah menjalin kerja sama dengan pihak ITDC agar sejumlah hotel berlangganan PDAM. Dengan begitu, jumlah pelanggan semakin bertambah, dan otomatis pendapatan bertambah. Sesuai data per Agustus 2017, jumlah pelanggan PDAM mencapai 70.105.
Sementara target sepanjang tahun ini mencapai 71.439. “Berbagai upaya telah kami lakukan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan,” katanya.
Disebutkan, suplai air yang dikelola PDAM Tirta Mangutama untuk memenuhi kebutuhan air di Gumi Keris bersumber dari Ayung sebanyak 395 liter per detik, Estuaridam 440 liter per detik, Spam Penet 120 liter per detik, Sungai Petanu 55 liter per detik serta puluhan sumur.
“Ada 40 sumur yang menghasilkan 400 liliter perdetik. Lokasi sumur dominan ada di daerah Darmasaba yang merupakan bantuan dari pemerintah Australia. Jadi total produksi air baku yang kita kelola di luar Petanu dan Ayung mencapai 1.250 liter per detik. Jumlah ini saya rasa cukup untuk memenuhi kebutuhan massyarakat Badung,” jelasnya.
Guna mengurangi kebocoran, Ketut Golak mengaku akan memasang Penot. Alat ini berfungsi untuk mengukur debit air yang dihasilkan. Dengan begitu, kebocoran yang terjadi dapat diminimalisir. “Kami akan mengukur akurasi produksi dengan Penot, sehingga tahu berapa hasil produksi, dan ada pembanding dengan water meter, ketika berbeda kita tahu ada kebocoran,” pungkasnya.(parwata/balipost)