DENPASAR, BALIPOST.com – Museum Bali membutuhkan kurator untuk mengidentifikasi koleksi yang ada. Mengingat saat ini, museum yang didirikan sejak tahun 1910 ini memiliki 14.612 koleksi. Terbanyak adalah koleksi topeng yakni 386 buah.
“Walaupun sudah memiliki data, tapi guna dan fungsi topeng belum diisi (belum ada narasi atau digital narasi, red),” ujar Budayawan, I Made Bandem disela-sela “Demonstrasi Topeng Koleksi Museum Bali” di Museum Bali, Rabu (11/10).
Menurut Bandem, ada topeng diantara koleksi yang tidak bisa diidentifikasi. Sebelumnya, topeng-topeng itu diberikan oleh orang Belanda namun tidak terkait seni pagelaran. “Banyak juga topeng Jawa yang misalnya terkait reog Ponorogo belum diidentifikasi. Harusnya Dinas Kebudayaan punya kurator yang bisa khusus menangani,” imbuhnya.
Peran kurator dan teknisi, lanjut Bandem, juga sangat dibutuhkan dalam pemeliharaan topeng. Sebab, ada koleksi topeng yang bisa dikatakan berantakan sehingga butuh kurator dan teknisi untuk membenahinya kembali.
Pekerjaan besar lain, menyangkut pula topeng yang bisa dipamerkan ke masyarakat. Saat ini baru sebagian kecil yang bisa dipamerkan karena Gedung Tabanan, Karangasem, dan Buleleng di Museum Bali juga dipakai untuk kepentingan pameran barang koleksi lain. “Banyak sekali koleksinya, lalu tersimpan di kotak-kotak yang sulit disaksikan. Kalau tidak dikeluarkan, sulit akan bisa dilihat karena terlalu banyak disimpan di kotak-kotak untuk pengamanan,” jelasnya.
Bandem sendiri sangat mengagumi koleksi di Museum Bali yang terbilang lengkap. Untuk topeng barong saja, ada koleksi barong menjangan, barong naga, barong bangkal, barong macan, barong ket, barong landung, barong kedingkling, hingga barong brutuk. Ini baru berbicara satu jenis topeng, belum termasuk koleksi berupa etaografika, biologika, lukisan, kain tenun endek, dan songket. (Rindra Devita/balipost)