GIANYAR, BALIPOST.com – Selama dua tahun lebih, ratusan hektar lahan pertanian di Subak Payal, Desa Tegal Tugu, Gianyar mengalami krisis air sehingga terjadi kekeringan. Kondisi ini disinyalir kebocoran saluran irigasi di kawasan hulu, khususnya yang melintasi Desa Beng.
Sejumlah pekaseh bersama puluhan petani di subak tersebut pun berencana akan mengadu ke Kantor DPRD Gianyar.
Menurut salah seorang petani Dewa Made Budiana, Minggu (15/10), krisis air dialami petani subak Payal sejak dua tahun lalu. Ada sekitar 250 hektar lebih lahan pertanian mengalami kekeringan. Meliputi, wilayah Desa Tegal Tugu dan Subak Payal Kauh yang ada di Desa Abianbase dan Seronggo.
“Kekeringan ini terjadi karena minimnya volume air dari saluran irigasi,“ ucap pria asal Banjar Tri Wangasa, Desa Tegal Tugu ini.
Diungkapkan, kebocoran dominan terjadi di hulu yang melintasi Desa Beng. Bahkan dari pengecekan yang dilakukan ada sekitar 12 titik kebocoran, disepanjang saluran irigasi tersebut, salah satunya kebocoran yang menjadi objek wisata air terjun Kanto Lampo, Desa Beng.
“Salah satunya memang itu, kami tidak bisa memperbaiki kebocoran disana karena termasuk desa lain, walau kami yang paling merasakan dampaknya,“ katanya.
Dikatakan sebelum kebocoran ini para petani di Subak Payal bisa melakukan panen dua kali setahun. Namun sejak dua tahun lalu petani hanya sekali dapat panen, itu pun harus berjuang keras mengatur debit air yang kecil. “Sebagai petani kami sangat bersedih, karena tidak memperoleh air untuk bertani, sebab itu kami akan mengadu ke dewan, bila perlu bersurat ke presiden,“ tegasnya.
Pekaseh Gede Subak Payal Kangin, Desa Tegal Tugu, Nyoman Merta membenarkan kondisi tersebut. Rencananya, Senin (16/10) pihaknya bersama sejumlah petani akan menghadap ke kantor DPRD Gianyar. “Sebenarnya kemarahan krama subak sudah sejak lama, tapi berupaya saya redam, dan kami berupaya mengikuti prosedur. Bila toh tidak dapat respon mungkin kami akan demo ke Kantor Bupati Gianyar, “tegasnya.
Beberapa perbaikan memang sempat dilakukan pemerintah, namun hanya di sejumlah titik. “Ada perbaikan tapi tidak optimal, karena beberapa kebocoran besar itu belum ditangani, “ keluhnya.
Dampak lainya dari kondisi ini ialah pihak subak kini kebingungan mencari dana untuk upacara di tiga pura. Yakni pura ulun Suwi, Pura Batur Sari dan Pura Masceti. “Sekarang hasil panen tidak ada, bagaimana kami mencari iuran untuk upacara di pura ini. Maka itu kami sangat mengharapkan bantuan wakil rakyat untuk menuntaskan persoalan ini,“ tandasnya. (manik astajaya/balipost)