Magma
Gunung Agung. (BP/dok)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Aktivitas vulkanik Gunung Agung sampai saat ini masih cukup tinggi. Per pukul 00.00 Wita sampai 12.00 Wita, Rabu (18/10), tercatat gempa vulkanik dalam 288, vulkanik dangkal 152 tektonik lokal 46 dan tektonik jauh 4. Bahkan gempa tremor nonharmonik kembali terekam alat seismograf sebanyak dua kali.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat aktivitas Gunung Agung saat ini relatif tinggi, karena rata-rata jumlah kegempaan vulkanik dan tektonik lokal rata-rata di atas 600 kali per hari. “Saat ini tercatat aktivitas kegempaan Gunung Agung dari Pukul 00.00 Wita hingga 12.00 Wita tercatat sebanyak 490 kali,” ungkap Kasubid Mitigasi Gunung Agung Wilayah Timur dari PVMBG Badan Geologi, Kementerian ESDM, Devy Kamil Syahbana saat ditemui di Pos Pemantauan, Desa Rendang.

Baca juga:  Bhatara Tolangkir sebagai Pusat Spiritual Raja dan Pemimpin Bali

Devy Syahbana menjelaskan, dengan jumlah gempa yang masih tinggi tersebut, menandakan jika aktivitas magmatik di kawah Gunung Agung masih kuat. Bahkan sejak pukul 00.00 Wita sampai 10.00 Wita terekam di alat seismograf terjadi dua kali gempa tremor nonharmonik dengan durasi 88-140 detik.

Ia menjelaskan, aktifitas kegempaan terbanyak belebihi seribu kali gempaterjadi pada Sabtu (14/10) dengan total gempa mulai dari gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkan, tektonik lokal dan tektonik jaub sebanyak1.136 kali per hari, Kemudian pada Minggu (15/10) kembali turun menjadi 787 kali, pada Senin (16/10) mencapai 593 kali per hari dan pada Selasa (17/10) mencapai 680 kali per hari. “Pada intinya kegempaan masih fluktuatif. Jadi sampai detik ini level masih tetap awas,” tegas Devy.

Baca juga:  Setahun, 1,29 Juta Ton Sampah Plastik Bocor ke Laut

Menurut Devy, aktivitas kegempaan yang sampai terasa hingga ke Desa Tejakula, Buleleng dinilai wajar. Sebab, ketika magma bergerak dalam jumlah yang masif dan zona untuk produksi magma Gunung Agung ini akibat fluida magma di dalam perut gunung terus bergerak ingin menuju ke permukaan. “Gempa yang terasa sampai ke Buleleng masih wajar ketika aktivitas Gunung Agung masih cukup tinggi,” tegas Devy.

Terkait masalah aktivitas pengembungan (deformasi) perut Gunung Agung, kata Devy, cenderung berfluktuasi, karena beberapa waktu lalu sempat terjadi inflasi yang cukup kuat dan ini akan terus dimonitor. “Kondisi Gunung Agung saat ini belum stabil. Kalau beberapa waktu lalu terdeteksi terjadi deformasi sekitar 1,5 centimeter dari data yang didapat GPS yang dipasang di lereng Gunung Agung,” katanya.

Baca juga:  Waspadai Zona Seismic Gap! Salah Satunya di Selatan Bali

Disinggung apakah sejauh ini masih ada kepulan asap yang keluar dari dasar kawah melalui rekahan-rekahan yang ada, Devy menegaskan kalau intensitas asap yang keluar masih terus terjadi. Asap bercampur uap air dan gas dari puncak Gunung Agung masih intensif rata-rata dengan ketinggian 300-500 meter.

Namun asap yang pailing tinggi membubung pada Sabtu (7/10) yang ketinggiannya mencapai 1.500 meter. “Itu merupakan manifestasi adanya asap ini sebagai pelepasan energi atau tekanan di dalam tubuh Gunung Agung. Jadi dengan terus keluar asap dan gas dapat mengurangi tekanan di dalam perut Gunung Agung,” pungkasnya. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *