SINGARAJA, BALIPOST.com – Stok permakanan untuk pengungsi Gunung Agung di Buleleng belakangan ini semakin terbatas. Situasi sulit ini membuat Dinas Sosial (Dinsos) harus berusaha keras untuk mencari donatur atau relawan yang bersedia memberikan bantuan permakanan seperti telur, lauk pauk, sayur, dan mie instan.
Kepala Dinsos Buleleng Gede Komang, Jumat (20/10) mengakui stok bahan permakanan untuk penungsi semakin terbatas. Dia mengatakan, setiap hari pengungsi membutuhkan bahan permakanan mulai dari telur, lauk pauk, sarden, sayur, dan mie instan. Hanya saja, karena stok terbatas, tidak seluruh pengungsi yang bisa mendapat jatah bahan permakanan itu.
Sementara stok beras, sejauh ini masih mencukupi karena selain dari bantuan donatur, stok beras ini dialokasikan melalui cadangan beras pemerintah (CBP). “Telur, mie instan dan beberapa lauk pauk stoknya sangat sedikit dan tidak bisa kita bagikan untuk semua pengungsi. Ini yang menyulitkan kami, sehingga harus telepon semua kawan-kawan yang mau membantu, agar kita bisa memenuhi kebtuhan permakanan untuk pengungsi,” katanya.
Sejak stok bahan permakanan terbatas, mantan Kepala Badan keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (KB-PP) Buleleng ini, berusaha untuk mencari bantuan ke Kemensos RI. Hanya saja, permohonan itu belum membuahkan hasil.
Alasan mengapa permohonan bantuan ke pemerintah pusat itu belum disetujui karena saat ini kondisinya lapangan baru siaga darurat bencana. Pada kondisi ini, pemerintah tidak bisa mengalokasikan anggaran untuk memenuhi kebutuhan bahan permakanan untuk penungsi itu sendiri.
Di tempat terpisah, Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat berkunjung ke Buleleng mengatakan, selama status awas Gunung Agung, penanganan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali dan Pemerintah Pabupaten (Pemkab) menyangkut darurat pengungsi. Secara umum kebutuhan logistik masih tersedia mencukupi. Bila stok masih kurang, pihaknya memohon ke pemerintah pusat. “Karena statusnya awas berarti tetap darurat selama dalam status gunung itu awas, provinsi dan kabupaten se Bali menerapkan urusan darurat di bidang pengungsi. Kalau logistik saya kira tidak perlu khawatir kalau di sini kurang minta ke pemeirntah pusat,” katanya.
Di sisi lain Gubernur mengatakan, sejak warga Karangasem mengungsi ke beberapa daerah di Bali, secara langsung kondisi ini berdampak pada sektor ekonomi pengungsi karena kehilangan pekerjaanya. Selain itu, bidang pendidikan, dan kesehatan juga terdampak dan memerlukan penanganan serius.
Gubernur mencontohkan, salah satu gangguan aktivitas perekonomian akibat status awas ini adalah ditutupnya galian C di Karangasem. Sejak penutupan galian itu, pembangunan baik milik pemerintah dan swasta kesulitan mendapatkan pasokan material terutama pasir. (Mudiarta/balipost)
Permakanan?