JAKARTA, BALIPOST.com – Inovasi dan terus berinovasi. Inilah yang dilakukan Angkasa Pura II dalam memberikan layanan jasa terbaik kepada pengguna jasa bandara, termasuk wisatawan. Kuncinya digitalisasi. Hal ini guna menjawab tantangan perkembangan gaya hidup masyarakat di tengah makin meluasnya teknologi informasi dan komunikasi.
Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin mengatakan, digitalisasi merupakan bagian penting dari perjalanan layanan AP II saat ini. Jika sebelumnya inovasi digital arahnya lebih kepada meningkatkan layanan kepada pelanggan serta meningkatkan efisiensi operasional, kali ini digitalisasi di konsepnya punya target baru. Punya arah baru.
“Yakni sudah mulai masuk ke fase ‘New Business Enhancement’ untuk menghasilkan ‘New Revenue Stream’ yang masih dalam kategori adjacent portfolio Angkasa Pura II,” ujar Awaluddin.
Seperti apa aliran pendapatan baru yang bakal dibidik AP II itu? Awaluddin akan mengimplementasikannya dalam tiga hal. Yakni Airport Big Data, Airport e-Commerce dan Airport e-Payment.
Dalam Airport Big Data, salah satu yang akan dilakukan adalah pemanfaatan apps Indonesia Airports. Nantinya, lewat aplikasi itu, bandara-bandara di Angkasa Pura II boarding pass tidak lagi menggunakan kertas. Tapi menjadi e-boarding pass dan ada di dalam front end apps Indonesia Airports.
“Dimulai dengan maskapai Garuda Indonesia dan selanjutnya akan menyusul maskapai-maskapai penerbangan lainnya,” jelas Awaluddin.
Untuk saat ini aplikasi masih dalam tahap penyempurnaan di kalangan internal. Uji coba nantinya akan dilakukan pada sekitar awal Desember 2017 dan diprediksi bisa dilempar ke pasar paling cepat pada pertengahan kuarter 1 tahun 2018.
“Keuntungannya tentu untuk improving customer experience dan creating new business opportunity. Pengembangannya akan dilakukan melalui partnership dengan business partner strategis,” kata Awaluddin.
Arah digitalisasi berikutnya adalah pada Airport e-Payment. Selain sebuah bentuk inovasi digital, program ini juga merupakan bagian dalam mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di bandara-bandara Angkasa Pura II.
“Saat ini di outlet Periplus dan Family Mart Bandara Internasional Soekarno-Hatta sudah dapat dilayani dengan e-money non kartu dari Telkomsel Cash. Menyusul kemudian GoPay dan lain-lain,” ujar Awaluddin.
Hal ini dikatakannya merupakan komitmen dalam menjadikan Airport e-Payment System dapat terimplementasi untuk pembayaran di 800 tenant dan outlet Angkasa Pura II,” ujarnya.
Selain itu, dalam mendukung terwujudnya Airport e-Commerce, Angkasa Pura II bekerja sama dengan Grab, menyediakan lokasi khusus untuk layanan taksi daring ini.
Branch Communication Manager Kantor Cabang Utama Bandara Internasional Soekarno-Hatta, PT Angkasa Pura II, Dewandono Prasetyo Nugroho mengatakan, hal ini merupakan langkah dari AP II sebagai pengelola bandara yang harus menyiapkan lokasi khusus untuk taksi daring yang selama ini keberadaanya masih liar.
“Layanan ini akan mulai beroperasi Senin 23 Oktober 2017,” ujar Dewandono.
Ada pun fasilitas yang disediakan berupa booth yang tersedia di seluruh Terminal 1, baik A, B dan C. Sedangkan di Terminal 2 tersedia di D dan F. Untuk di Terminal 3, pengguna jasa dapat mengunjungi booth di internasional dan domestik.
Booth tersebut nantinya terdapat petugas operator yang siap melayani serta mengedukasi tentang pemesanan GrabCar melalui aplikasi GrabNow.
Namun Dewandono menegaskan, hal ini bukan berarti semua taksi daring sudah bisa langsung memanfaatkan layanan ini. Hanya khusus bagi sopir taksi daring yang terdaftar di Induk Koperasi Kepolisian (Inkoppol).
Sopir taksi online yang telah menjadi anggota koperasi dari Inkoppol itu sebelumnya wajib memiliki SIM A umum dan seragam khusus.
Kendaraannya juga berbeda dengan yang tidak terdaftar di Inkoppol. Taksi online tersebut telah berstiker khusus Bandara Soekarno-Hatta dan sudah dilakukan uji kelayakan atau KIR.
“Jadi Inkoppol ini mewadahi sopir taksi online. Hingga saat ini kami telah mengkonfirmasi baru Grab yang telah bekerja sama dengan Inkoppol. Ada pun unit yang nanti beroperasi di Bandara Soekarno-Hatta sebanyak 500 taksi online,” tutupnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya lagi-lagi mengapresiasi langkah digitalisasi di lingkungan AP II. The more digital, the more global, the more digital the more personal, the more digital the more professional. “Tanpa inovasi digital, kita sulit melompat, mengejar ketinggalan,” kata Arief Yahya.
Sebaliknya, dengan teknologi digital, semua layanan menjadi lebih akurat, lebih cepat, lebih nyaman. Sebetulnya, saat ini sedang terjadi revolusi baru, yang semua berawal dari digital. “Transportation disentuh digital, menghasilkan low cost carrier (LCC), Grab, Gojek, yang mengubah model bisnis di sektor ini, karena memanfaatkan excess capacity,” kata Arief Yahya.
Di telekomunikasi, sudah lebih dahulu. Semakin gratis semakin untung. Kartu perdana atau sim card, dulu dari harga Rp 100 sampai gratis, tarif komunikasi baik data maupun voice juga makin gratis. Layanan WhatsApp, Line, Facebook, dan media sosial juga sudah free call, free video call.
Google, yang bisnis utamanya searching engine, juga menggratiskan semua orang memanfaatkan layanannya. Sampai ada istilah, kalau mencari info apa saja, tinggal tanya “Mbah Google” pasti beres. Lalu dari mana revenue-nya? “Inilah yang sedang diinovasi Angkasa Pura II, di bawah Pak Awaluddin. Data customers, dengan mengolah big data, itu punya value yang tinggi,” kata Menpar Arief.
Di tourism juga sedang terjadi. Tourism ditambah digital, menghasilkan AirBnB, Online Travel Agent, yang harganya sangat kompetitif karena menyesuaikan season dan kapasitas. “Hukum more for less, You get more You pay less, terjadi,” jelasnya.
Menpar mengangkat dua jempol untuk kecepatan dan perhatian PT Angkasa Pura II (Persero) terhadap impovisasi fasilitas bandara di era digital saat ini. Dari sisi corporate level, bisnis level strategi, sampai dengan fungsional level strateginya sangat baik. Dari sisi operasional, strategi marketing dan lain sebagainya sangat juga sangat excellent.
“Para pengguna jasa Bandara itu kepingin yang sederhana. Mereka ingin di bandara cepat nyaman dan tidak ribet, Apakah mampu mengelola jutaan orang jika tidak menggunakan digital,” kata Menpar Arief Yahya. (kmb/balipost)