Festival Sungai Carang. (BP/ist)
RIAU, BALIPOST.com – Hasil manis ditorehkan panitia Festival Sungai Carang (FSC) 2017. Bertempat di Gedung Gonggong Tepi Laut Kota Tanjung Pinang, Sabtu sore (20/10), perhelatan yang juga didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) ini sukses disaksikan ribuan orang yang menyaksikan kemeriahan Kapal hias berwarna-warni.

“Parade Kapal Hias yang tahun ini mengambil tema Niaga atau Perdagangan merupakan agenda utama Festival Sungai Carang 2017 dan merupakan bagian dari Festival Bahari Kepri,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, Buralimar.

Terlihat, sejak sore, ribuan masyarakat telah memadati area peresmian Tourist Information Center (TIC) ini untuk menyaksikan iring-iringan kapal hias yang menyemarakkan FSC (2017). Juga tampak 160 wisatawan dari berbagai negara yang berkunjung ke Bintan dengan menggunakan 40 yacht dalam Wonderful sail to Bintan yang merupakan bagian dari Sail Sabang 2017.

Kata Buralimar, pemilihan tema tersebut karena dulunya Sungai Carang merupakan pusat perekonomian. Para pedagangnya bukan hanya lokal namun juga mancanegara. Sungai Carang adalah sumber kehidupan dan tapak peradaban Kepri di jaman lampau. Jadwal waktu parade kapal hias pun dirubah, tahun lalu digelar malam hari, kali ini digelar sore hari.

Baca juga:  Cetak SDM Andal, STP Bandung Pertahankan TedQual Certification dari UNWTO

“Eksotisme Kapal yang dihiasi dengn kain,bendera berwarna warna ini akan semakin dapat dinikmati wisatawan. Juga perairan di Sungai Carang dengan ombak yang tenang ini memang menjadi jalur yang mengasyikkan bagi perahu dan kapal hias berparade,” lanjutnya.

Sebanyak 54 perahu dan kapal hias berjajar rapi satu persatu melintasi sungai Carang. Dengan dipandu beberapa kapal penjaga pelabuhan yang dijadikan base panitia kegiatan, acara sangat eksitis dan meriah. Selain itu, sepanjang perjalanan ke arah hulu sungai, kapal melintasi sejumlah area bersejarah seperti Pulau Bayan, Tanjungunggat, Kampung Bulang, Pelabuhan Batu 6 hingga situs Kota Rebah. Selesai menghulu, kapal kemudian menghilir kembali ke arah Pulau Penyengat dan memutarinya kemudian berlanjut ke Teluk Dompak.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti mengatakan, perairan di Sungai Carang lebih tenang dibandingkan laut karena tidak terganggu dengan gelombang kapal. Sungai ini juga dinilai memiliki jalur lomba yang cukup untuk menggelar pertandingan berstandar internasional. “Sukses atas lancarnya acara ini. Seperti kita ketahui semua, sungai Carang juga dipilih karena memiliki nilai historis kerajaan Melayu yang kuat. Selain itu, ajang lomba perahu atau kapal hias ini juga terinspirasi dari budaya dan tradisi rakyat pada masa lalu, semoga ini dari tahun ke tahun terus menjadi agenda yang bisa mendatangkan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, “kata Esthy yang juga diamini Kepala Bidang Wisata Alam Kemenpar Hendri Noviardi dan Kepala Bidang Penguatan Jejaring Kemenpar Hidayat.

Baca juga:  Pemakaian Air Meningkat Selama Pandemi Covid-19

Wisatawan juga dihibur dengan berbagai atraksi hiburan dan beberapa makanan khas yang bisa ditemui seperti roti Melayu, keripik gonggong, kerupuk ikan, dan masih banyak lagi. Beberapa kerajinan tangan juga dijual di antaranya adalah tanjak (penutup kepala laki-laki khas Melayu). , seni tradisi dan budaya Melayu Kepulauan Riau.Selain itu,

Parade Kapal juga digelar lomba lainnya yang menambah kemeriahan acara lantaran melibatkan masyarakat dan pelajar yakni Lomba Drumband Antarpelajar, Lomba Pembacaan Gurindam 12 untuk tingkat pelajar SMP dan SMA se Kepri dan Lomba Kuliner 10 Kampung.

Baca juga:  Gubernur Babel Erzaldi: Pasar Kami Singapura dan Malaysia

Menteri Pariwisara Arief Yahya menilai kegiatan FSC 2017 ini menambah kazanah budaya dan sejarah di Kepri. Pasar Malaysia dan Singapore sangat potensial untuk tema budaya melayu ini. “Pariwisata itu terkait erat dengan kedekatan atau proximity, baik dekat secara jarak maupun dekat secara budaya, dan Kepri masuk kepada wilayah Crossborder,” jelas Arief Yahya.

Festival Pulau Carang ini bisa dapat dua-duanya. Jarak dengan dua negara serumpun itu dekat. Budayanya juga sama-sama melayu. “Kalau dipromosikan dengan baik, maka ini akan menjadi tontonan yang mengasyikkan dan akan terus mengundang kedatangan wisatawan Crossborder,” kata Menpar Arief Yahya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *