GIANYAR, BALIPOST.com – Menjelang hari raya Galungan, hiasan penjor menjadi salah satu item yang paling dicari umat Hindu di Bali. Sayangnya tingginya permintaan akan hiasan penjor ini tidak diiringi dengan ketersediaan bahan baku yaitu daun lontar di Bali. Untuk memenuhinya pedagang hiasan penjor memesan dari Sumbawa maupun Madura.
Salah satu pedagang hiasan penjor di jalan Astina Gianyar, I Komang Artayasa (42), Senin (23/10) mengatakan usaha menjual hiasan penjor yang ia tekuni selama lima tahun ini memberikan keuntungan yang lumayan meski hanya setiap jelang hari raya Galungan. Karena keuntungan yang menggiurkan ini ia mengaku rela menyewa toko di jalan Astina selama satu tahun meski ia hanya buka pada saat mendekati hari raya Galungan. “Jadi jualan hanya setiap dekat Galungan. Sisanya toko saya tutup,” ujar Artayasa yang juga bekerja di bidang pariwisata ini.
Modal yang ia keluarkan setiap jualan kurang lebih Rp 40 juta dimana sekitar Rp 20 juta dipakai untuk membeli bahan baku daun lontar. Sementara sebagian modal yang lain untuk biaya operasional termasuk membayar pengrajin yang membuat hiasan penjor ini.
Dalam membuat hiasan penjor, Artayasa membayar enam pengrajin. Pihaknya yang menyediakan bahan baku. Upah pembuatan hiasan penjor ke pengrajin dibayar per item dengan besaran Rp 20 ribu hingga Rp 100 rb tergatung besar, kecil dan kerumitan pembuatan. Untuk harga hiasan penjornya sendiri dijual antara Rp 25 ribu hingga Rp 100 ribu. Keuntungan bersih yang diraih bisa mencapai Rp 20 juta.
Selain hiasan yang sudah jadi, Artayasa juga menjual daun lontar dimana seikat besar dipatok dengan harga Rp 350 ribu. Untuk kualitas bahan baku diakuinya belum ada yang mengalahkan daun lontar Karangasem. Sayangnya produksi daun lontar di daerah tersebut sangat sedikit dan masih jauh memenuhi kebutuhan masyarakat Hindu di Bali. Terlebih saat ini ada bencana Gunung Agung sehingga produksi daun lontar dari Karangasem otomatis berhenti.
Dari segi pembeli, kata Artayasa langganannya tidak sebatas warga Gianyar saja tetapi ada juga dari Klungkung dan Bangli. (wira sanjiwani/balipost)