Perajin perak di Bangli sedang membuat produk perhiasan. (BP/ina)
BANGLI, BALIPOST.com – Permintaan kerajinan perhiasan berbahan perak mengalami kelesuan sejak beberapa tahun terakhir. Kondisi ini terjadi bukan karena inovasi perajin sudah menurun.

Ada dua hal yang menyebabkan permintaan kerajinan perak mengalami penurunan, setidaknya di Bangli. Pertama karena turunnya daya beli masyarakat. Yang kedua adalah maraknya perhiasan tiruan berbahan alpaka (timah putih) dengan harga jauh lebih murah di pasaran juga semakin membuat permintaan kerajinan perhiasan perak berkurang.

Salah seorang perajin perhiasan perak di Bangli Nengah Sukarta Senin (23/10) mengungkapkan, datangnya hari raya Galungan dalam waktu dekat ini tak berpengaruh banyak pada meningkatnya permintaan pasar terhadap perhiasan perak. Permintaan tetap lesu seperti hari-hari biasanya.

Baca juga:  Berdiri Sendiri

Sukarta mengatakan, untuk meningkatkan permintaan pasar dirinya selama ini sudah terus berinovasi menghadirkan berbagai model perhiasan terbaru. Akan tetapi inovasi itu tidak berpengaruh banyak bagi perajin.

Inovasi yang dibuat perajin perhiasan perak dengan teknik manual itu justru menguntungkan perajin perhiasan yang menggunakan teknik cetakan. Itu karena mereka tinggal menjiplak dan mencetak sebanyak-banyaknya serta menjualnya dengan harga yang jauh lebih murah. “Ketika kita menghasilkan produk baru, barang itu bisa dijiplak dan dicetak sebanyak-banyak dengan teknik casting. Satu kali nyetaknya bisa menghasilkan 800 buah produk,” ungkapnya.

Baca juga:  Inmendagri No.27 2021 Keluar, Seluruh Bali Lanjutkan PPKM Level 4

Perajin asal Banjar Pande ini mengakui bahwa perhiasan yang dihasilkan dengan teknik casting jauh lebih murah hingga tiga kali lipat. Jika perhiasan berbahan perak yang dikerjakan dengan Teknik manual dijual perajin dengan harga Rp 375 ribu, sementara perhiasan dengan Teknik cetak berbahan alpaka bisa dibeli konsumen dengan harga Rp 125 ribu. “Harganya jauh lebih murah, dari bentuk tidak jauh berbeda. Ini yang membuat konsumen kebanyakan beralih dari perak ke alpaka,” terangnya.

Baca juga:  Cuaca Buruk, Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk Tutup Sementara

Padahal, kata Sukarta, untuk membuat model perhiasan terbaru cukup sulit. Menurutnya jika hal ini berlangsung terus menerus maka bisa dipastikan perajin perhiasan perak yang bekerja dengan Teknik manual akan gulung tikar. Agar tak sampai merugi, biasanya perajin perhiasan perak juga menjual perhiasan cetakan berbahan alpaka di tokonya. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *