MALANG, BALIPOST.com – Tak ada kata berhenti berinovasi bagi Kabupaten Malang. Seluruh potensi wisata di daerahnya terus digali. Yang terbaru, ada konsep desa wisata pintar atau smart village yang dikembangkan di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

“Saat ini sudah ada 16 desa wisata yang menggunakan sistem smart village. Di antaranya adalah Ekowisata Boon Pring Andeman di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen,” ungkap Kepala Disbudpar Kabupaten Malang Made Arya Wedhantara di Malang, Senin (23/10).

Itu artinya, seluruh wisatawan akan dijamu dengan kemudahan teknologi. Wisatawan cukup melihat informasi potensi desa wisata yang ada di Kabupaten Malang melalui smartphone berbasis andorid yang terkoneksi dengan internet.

Setelah terkoneksi, semua data, informasi dan segala hal yang terkait dengan daerah berjuluk The Heart of East Java itu bisa langsung diakses wisatawan. “Ini sudah mendapat apresiasi dan dukungan penuh dari Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi Pariwisata dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenpar dan Bupati Malang Rendra Kresna,” tambahnya.

Baca juga:  Keluarga Korban Makin Banyak, Crisis Center Dipindahkan ke VVIP Room Terminal 1A Bandara Soetta

Cara mengaksesnya pun dijamin tidak ribet. Selama terkoneksi dengan internet, semua informasi fasilitas, sarana dan prasarana wisata yang ada tergambar dengan jelas, lengkap dan detail. Profil wisata juga ikut terakses dengan cepat dan sangat detail. Semua tempat wisata, list harga tiket masuk, penjualan dan pemesanan tiket, ada semua di aplikasi.

“Semuanya lengkap dan yang paling penting adalah desa wisata itu rutin meng-update informasi terbaru dari aplikasi tersebut,” paparnya.

Saking okenya, Kemenpar RI langsung menetapkan Ekowisata Boon Pring Andeman sebagai salah satu dari 30 pilot project atau percontohan desa wisata di Indonesia. “Ini bentuk komitmen kami dalam membangun desa wisata di Kabupaten Malang yang berdaya saing. Caranya dengan dan memanfaatkan kemajuan teknologi yang sudah mengarah pada digitalisasi. Kami juga terus menggencarkan sosialisasi kepada pelaku wisata terkait program smart village ini,” timpal Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi Pariwisata dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenpar, Oneng Setya Harini.

Baca juga:  Gerhana Matahari Hibrid Bisa Diamati dari Indonesia

Inovasi smart village tadi ikut direspon Menpar Arief Yahya. Bagi dia, ini adalah keniscayaan. Dan dia tidak menemukan jawaban lain, kecuali “Go Digital” untuk menerobos proyeksi spektakuler 20 juta wisman di tahun 2019.

“Semakin digital maka kita bisa menggunakan beragam apps dan digital tools untuk menyentuh satu-persatu konsumen secara personal. Kita bisa tahu demografi, psikografi, dan perilaku konsumen kita satu-satu. Semakin digital maka cara kerja kita dalam menggaet wisatawan akan semakin profesional, misalnya dengan memanfaatkan convergence media yang mengintegrasikan paid, owned, dan social media,” ucap Arief.

Baca juga:  Badung Raih Dua Top 99 Sinovik 2019

Selain itu, wisatawan juga sudah berubah jauh perilakunya. Sekarang, semua menjadi semakin digital. “Sekarang ada istilah ‘always-connected travellers,’ di manapun dan kapanpun mereka saling terkoneksi dengan adanya mobile apps/devices. Ingat, jika kita tak berubah mengikuti perubahan konsumen, kita pasti akan mati. Jadi inovasi smart village ini adalah solusi. Sangat bagus dikembangkan untuk kebutuhan wisata,” paparnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *