DENPASAR, BALIPOST.com – Sejumlah proyek rumah program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) terpaksa dijadwal ulang. Pasalnya, harga material bangunan seperti pasir dan koral meroket tajam pasca Gunung Agung ditetapkan berstatus awas.
Keadaan ini sangat memberatkan developer hingga terpaksa menunda pembangunan agar tidak merugi terlalu dalam. “Sangat berpengaruh pada program FLPP karena harga rumah FLPP itu dibatasi untuk tahun sekarang Rp 141 juta. Dari hitung-hitungan pengembang, itu harganya, marginnya sudah mepet sekali. Apalagi dengan harga (material) seperti ini, boro-boro dapat untung mungkin bisa rugi,” ungkap Wakil Ketua Bidang Organisasi DPD Realestate Indonesia (REI) Bali, I Gede Suardita di Denpasar, Rabu (25/10).
Menurut Suardita, harga pasir yang dulunya berkisar Rp 1 sampai Rp 1,5 juta kini naik dua kali lipat menjadi Rp 2,5 sampai Rp 3 juta untuk satu truk isian 7 kubik. Harga koral juga demikian. Naik drastis dari Rp 2 jutaan menjadi Rp 5 jutaan per satu truk dengan isian sama. “Wacana mengambil dari luar pulau, itu tidak bisa dengan partai kecil juga dan kalau dihitung-hitung dengan biaya transportasi dan yang lainnya hampir sama juga jatuhnya,” imbuhnya.
Sementara ini, lanjut Suardita, memang ada developer yang mengambil material di daerah Kintamani, Bangli. Lantaran begitu tingginya permintaan, harga material di sana juga ikut melonjak. Itu sebabnya, beberapa proyek yang tidak urgent terpaksa ditunda pembangunannya. Termasuk sejumlah proyek rumah FLPP untuk masyarakat berpenghasilan rendah di Jembrana, Karangasem, Tabanan, dan Buleleng.
“Hampir semuanya ada re-schedule, paling fatal di Karangasem. Bukan hanya ditunda, tapi proyek tidak bisa berjalan di sana karena status awas Gunung Agung. Otomatis masalah notaris, BPN, segala macam sudah menghentikan operasionalnya. Jadi, tidak bisa bergerak lagi proyek itu,” jelasnya.
Suardita menambahkan, proyek FLPP sebelumnya ditarget sekitar 3000-an rumah. Sejauh ini baru terealisasi 2000-an rumah di 4 kabupaten. Lantaran ada masalah Gunung Agung, pihaknya pesimis target FLPP bisa tercapai. “Mungkin hanya bisa 2500-an lah,” pungkasnya. (Rindra Devita/balipost)