TABANAN, BALIPOST.com – Tabanan saat ini mulai memasuki musim lobster. Nelayan pun sudah mulai melaut setelah sempat selama lima bulan tidak turun karena cuaca buruk. Absennya nelayan menangkap lobster selama lima bulan karena cuaca dan adanya peraturan Kementerian Kelautan mengenai berat lobster yang ditangkap harus 200 gram ke atas membuat keberadaan lobster dengan berat tersebut saat ini lebih banyak dari biasanya.
Salah satu pengepul lobster untuk ekspor Dewa Gede Ada Artana dari Yeh Gangga, Kamis (26/10) mengatakan dulu untuk mendapatkan lobster dengan berat 205 gram ke atas sangat sulit. Namun di musim ini jumlahnya lumayan dimana per hari ia mendapatkan dari nelayan sebanyak 50 kilogram hingga 100 kilogram. Untuk itu ia berharap nelayan tidak menangkap lobster yang beratnya 200 gram ke bawah.
“Diharapkan jika tertangkap yang beratnya dibawah 200 dilepas kembali. Jika dilepas maka saya rasa dua bulan lagi beratnya bisa mencapai 200 ke atas. Sehingga nelayan pun bisa menikmati hasilnya,” ujarnya.
Sebagai pengepul, ia menerima lobster dengan berat 205 gram. Sebab jika tepat 200 gram maka pihak eskportir tidak menerima karena ditakutkan akan terjadi penurunan berat saat pengiriman sehingga ditolak saat hendak diekspor. “Jadi diminta yang di atas 200 gram atau setidaknya 205 gram,” ujarnya.
Mengenai aturan tidak boleh menangkap lobster dibawah 200 gram menurutnya nelayan saat ini sudah melakukan modifikasi dengan menggunakan jaring dengan lubang ukuran 4 inci x 4.5 inci sehingga saat dilakukan penangkapan yang terjaring adalah lobster dengan ukuran besr.
Untuk harga, ia membeli dari nelayan untuk ukuran lobster 205 gram ke atas dengan harga Rp 250 ribu per kilo dan untuk ukuran 300 gram keatas dengan harga Rp 300 ribu per kilo. Rata-rata jika nelayan tiap hari melaut maka penghasilannya bisa mencapai Rp 1 juta per hari. (wira sanjiwani/balipost)