Gunung Agung masih mengeluarkan asap putih. (BP/dok)
JAKARTA, BALIPOST.com – Diperkirakan kerugian ekonomi dari erupsi Gunung Agung mencapai Rp 1,5 – Rp 2 triliun. Kerugian itu di antaranya berasal dari sektor pariwisata Rp 264 miliar, sektor perbankan Rp 1,05 triliun, sektor hilangnya pekerjaan para pengungsi Rp 204,5 miliar, sektor pertanian, peternakan, kerajinan Rp 100 miliar, serta sektor pertambangan dan pembangunan Rp 200 – Rp 500 miliar.

Data kerugian itu dirilis Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Graha BNPB, Jakarta, Kamis (26/10). Ia mengutarakan selama 34 hari status Gunung Agung menjadi Awas, perekonomian masyarakat juga terganggu. “Sudah 34 hari status Gunung Agung jadi Awas, hal ini mengakibatkan kerugian ekonomi masyarakat yang tinggal di zona berbahaya karena berhentinya aktivitas pariwisata, pertambangan maupun pertanian diperkirakan kerugian ekonomi mencapai Rp 1,5 hingga 2 triliun,” jelas Sutopo.

Baca juga:  Korban Jiwa COVID-19 Bertambah, Salah Satunya dari Kabupaten Zona Merah di Bali

Berdasarkan pemantauan satelit dan gambar yang diperoleh dari drone, rekahan yang terjadi di kawah Gunung Agung terus meluas. Bahkan, di bagian tengah juga telah muncul rekahan.

Data dari PVMBG, kata Sutopo, juga menunjukkan masih ada penggembungan di Gunung Agung sebesar 6 centimeter. Sutopo mengatakan keputusan apakah siaga darurat tersebut akan diperpanjang atau tidak akan diputuskan setelah melakukan rapat dengan PVMBG dan pihak terkait seperti Gubernur Bali, Kapolda Bali, serta Pangdam Udayana. (Hardianto/balipost)

Baca juga:  Hadir Rapat Bahas Andal Tol Gilimanuk-Mengwi, Walhi Pertanyakan Pengganti Lahan Pertanian Dilintasi Trase
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *