SEMARAPURA, BALIPOST.com – Penyalahgunaan narkoba masih menjadi persoalan serius di negeri ini. Mengantisipasi itu, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali tak hanya menggencarkan sweeping ke tempat-tempat rawan. Namun juga dengan membentuk relawan yang menggalakkan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), disamping mendorong desa adat untuk membentuk prerarem.
Terobosan ini pun sudah disosialisasikan di Kabupaten Klungkung, Minggu (29/10). Kepala BNNP Bali, Brigjen Pol Putu Gede Suastawa mengungkapkan dalam perkembangannya, narkoba telah menyasar seluruh lapisan masyarakat. Tak hanya sudah bekerja, namun juga yang masih berstatus sebagai pelajar. Jika hal ini terus dibiarkan, maka Sumber Daya Manusia (SDM) yang berperan penting dalam pembangunan akan terkikis habis.
Generasi berkualitas secara perlahan akan berkurang. Mengantisipasi itu, perlu ada gerakan bersama dalam memerangi peredaran dan penyalahgunaan barang haram tersebut. Pembentukan relawan yang melibatkan pecalang dan sekaa truna, menjadi salah satu langkah strategis. “Retorikanya sudah ada, advokasinya sudah. Sekarang apa outcome-nya. Ya membuat relawan penggiat P4GN. Ini melibatkan pecalang di masing-masing Desa Pakraman. Desa Pakraman juga perlu membuat prerarem. Sekaa Truna (ST) juga harus ikut jadi penggiat,” ungkapnya.
Relawan itu memiliki kewenangan melakukan pemantauan maupun sidak ke tempat-tempat yang rawan peredaran, seperti kos-kosan dan hiburan malam. Ini harus didampingi bendesa adat. Jika ditemukan ada orang yang diketahui menggunakan narkoba, langsung dibawa ke rumah sakit maupun mengarahkan untuk mengikuti program rehabilitas.
Hal ini juga harus didukung dengan pengawasan dan pendampingan secara berkelanjutan. “Selama ini masih ada ragu, nanti tidak boleh lagi. Dengan masyarakat terlibat langsung dalam hal ini, akan bisa muncul rasa percaya diri,” tegasnya.
Khusus untuk kasus narkoba di Kabupaten Klungkung masih tergolong rendah. Sementara untuk pengawasan di wiilayah Nusa Penida yang perkembangan parwisatanya semakin pesat, diakui belum berjalan maksimal. Untuk Nusa Penida, sangat jarang saya sentuh. Saya akui itu karena keterbatasan kemampuan. Saya hanya sekali-seklai datang kesana. Dengan adanya peran desa pakaraman, ditambah akan adanya BNNK, hal ini diharapkan bisa tertangani lebih maksimal,” imbuh Suastawa.
Sementara itu, Wakil Bupati Klungkung, I Made Kasta yang juga sebagai Ketua Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Klungkung saat membuka sosialisasi dengan peserta bendesa adat itu menyatakan sejak Februari 2017, masyarakat yang tertangkap polisi lantaran tersandung kasus narkoba telah mencapai 20 orang. Meningkat dari tahun lalu yang hanya 16 orang. “Ini perlu diwaspadai. Seluruh lapisan masyarakat harus memerangi,” tegasnya.
Langkah antisipasi telah dilakukan BNK melalui sosialisasi setiap pekan yang menyasar desa. Ini pun diharapkan bisa diketok tularkan ke masyarakat lain. “Kami di BNK sudah rutin melakukan sosialisasi,” ucap Wabup asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung ini.
Ketua Majelis Madya Desa Pakraman Klungkung, I Ketut Rupia Arsana menyatakan pembuatan prerarem antisipasi penyalahgunaan narkoba sebelumnya sudah diimbau oleh Polres Klungkung. Hanya baru segelintir desa pakraman yang menindaklanjuti. “Dengan adanya sosialisasi ini, kami berharap seluruh desa membuat. Akan kami kumpulkan, mana yang sudah punya dan belum,” tandasnya. (Sosiawan/balipost)