DENPASAR, BALIPOST.com – Usaha ritel mengalami kelesuan saat ini. Diduga lesunya industri ritel di tanah air karena e-commerce dan juga berubahnya tren konsumsi masyarakat.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali, I Gusti Ketut Sumardayasa, lesunya usaha ritel bukan karena ekonomi yang lesu. Sebab, ia melihat, orang yang memegang uang dengan mudah bisa membelanjakan atau berinvestasi. “Di Kupang saja sekarang ramai, padahal dulu sepi. Artinya sekarang orang bepergian semakin membludak, itu berarti ekonomi masyarakat masih baik,” ujarnya.
Sementara usaha ritel di Bali dikatakan ada yang naik dan ada yang turun. Namun secara rata-rata, usaha ritel di Bali mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal itu diduga juga karena e-commerce mulai menjadi pilihan masyarakat dalam berbelanja.
Hanya saja pihaknya belum berani memastikan hal tersebut karena belum memiliki data pasti. Penurunan transaksi usaha ritel ini terutama terjadi pada jenis ritel fashion. “Makanya Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengincar pajak e-commerce ini,” tandasnya.
Sementara itu, usaha ritel secara nasional beberapa ada yang ditutup, menurutnya, karena akan membuka outlet di tempat baru yang lebih ramai. “Ritel secara nasional ada yang tutup belum tentu merugi, tapi menaikkan produktivitasnya. Tutup satu, tapi survei lokasi di tempat lain,” ungkapnya.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bali, AA. Ngurah Alit Wiraputra mengakui usaha ritel saat ini mengalami penurunan. “Karena sekarang banyak munculnya usaha online. Buktinya, banyak usaha toko di Glodok dan Jakarta yang tutup karena usaha online tersebut. Kecuali usaha kebutuhan sehari-hari yang masih bisa bertahan,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)